Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Christiano Ronaldo, Messi dan Puisi Panglima

Diperbarui: 29 Mei 2017   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ronaldo dan Messi (Youtube.com)

Saya selalu kagum dengan orang yang dapat membuat puisi. Kemampuan untuk mengikat kata-kata indah menjadi kalimat, memoles bait-bait indah dengan barisan rasa, serta membalut dengan gaya tersendiri selalu membuat saya terpesona bahkan takjub. Tak heran jika ada yang mengatakan bahwa puncak dari seni adalah puisi.

Para pujangga seperti ada di dunianya sendiri. Seperti bohemian yang bebas, sang pujangga mampu mempermainkan kata yang biasa menjadi bernada, menghadirkan nafas penuh makna dan dalam tarian kata yang membuat orang bisa mabuk kepayang. Indah.

Kekaguman yang langka namun seiras hanya saya rasakan ketika menonton sepak bola. Olahraga yang menurut saya paling rupawan di muka bumi.

Pemain-pemain bola itu memang ibarat seorang seniman hebat, terkhususnnya, Christiano Ronaldo dan Lionel Messi, yang jadi panglima di klub mereka masing-masing, Real Madrid dan Barcelona. Dua insan ini memainkan bola ibarat seorang pujangga. Bola di kaki mereka dipermainkan dengan sangat elok dan menawan.

Dribbling (Menggiring bola), Sombrero (Mencungkil bola melewati kepala lawan) dan Pedalada (Teknik menggerakan kaki menari-nari di atas bola) yang dilakukan Ronaldo dan Messi memang seperti para penyair kala mensauhkan Sense (makna), Diksi, alunan Tone (nada) dan kekayaan Feeling (rasa).

Sayangnya, hanya di batas kemampuan individu saja kita bisa menilai mereka. Jauh berbeda jika kita melihat sepak bola sebagai sebuah permainan tim. Tanpa menafikan keindahan ketrampilan individu seniman bola seperti Ronaldo dan Messi, filosofi sepak bola sejatinya adalah tetap sebuah permainan yang menjunjung kebersamaan dalam kesatuan.

Sebagai panglima, dalam kekuasaan mereka, Messi dan Ronaldo tetap diijinkan untuk mempertontonkan kehebatan mereka,namun kerjasama tim dan kejayaan klub semestinya di atas segala-galanya.

Suatu hal yang pernah diingatkan oleh legenda Belanda Johan Cruff : Teknik bukan hanya ketika Anda bisa juggling 1000 kali. Setiap orang bisa melakukan hal itu dengan berlatih. Setelah itu mereka bisa bekerja di sirkus. Teknik adalah bagaimana Anda memberikan umpan dengan satu sentuhan, dengan kecepatan yang tepat, dan mendarat tepat di kaki rekan setim Anda.

Jika tidak ditangani dengan baik, klub menjadi korban. Christiano Ronaldo dan Real Madrid sebagai contoh. Ronaldo dinilai selalu tampil demi rekor individu, seperti rekor gol, gelar sepatu emas dan Ballon d’Or. Akibatnya, Real selalu gagal menjadi juara Liga Spanyol ketika Ronaldo berusaha memainkan puisinya sendiri.  

Walaupun gelar pichichi, atau pencetak gol terbanyak diraih oleh Ronaldo, namun di balik itu semua, keretakan terjadi di dalam tim. Ronaldo dianggap tidak pantas mengagungkan diri tanpa peduli terhadap klub.Los Galacticos itu bicara tentang kumpulan bintang, bukan hanya satu bintang.

Jose Mourinho dan Rafa Benitez tak sanggup mengatur Ronaldo yang asyik berpuisi. Hasilnya, Jose Mourinho dan Rafa harus didepak. Syukur musim ini, di tangan Zidane, Ronaldo semakin sadar diri, hasilnya Real Madrid juara Liga dan bersiap bermain di final Liga Champions, akhir pekan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline