Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Opa Wenger di Antara Cinta dan Nafsu

Diperbarui: 29 Mei 2017   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piala Fa, Gelar sekaligus kesempatan terakhir bagi Wenger? (www.telegraph.co.uk)

Bicara tentang cinta dan nafsu, maka menurut beberapa orang cinta dan nafsu itu bagaikan dua sisi sebuah koin. Selalu berdampingan, di mana ada cinta disitulah nampak nafsu yang bergelora.

Namun ada yang mengatakan bahwa cinta dan nafsu itu sangatlah berbeda. Cinta itu membahagiakan, namun nafsu mengecewakan. Cinta selalu ingin memberi, tetapi nafsu ingin terus memiliki.

Lebih jauh dikatakan, tidak ada nafsu dalam sebuah cinta sejati, yang ada hanya pengabdian dan pengorbanan. Dalam kata lain, puncak dari cinta adalah pengabdian dan pengorbanan, sedang puncak dari nafsu adalah kepemilikan.

Jika bicara soal ini, maka situasi Arsene Wenger di Arsenal bagaikan berada di zona abu-abu. Kehadirannya di Arsenal saat ini dipertanyakan oleh pendukung Arsenal, atas nama cinta atau nafsu belaka.

Pendukung Arsenal sebagai obyek yang harus dicintai malah gigih melakukan pemberontakan akan keinginan Wenger masih untuk terus duduk di kursi pelatih. Wenger masih terus bertahan, dan seperti hendak menjelaskan bahwa yang dilakukannya sekarang adalah demi sebuah cinta, “Satu hal yang tak bisa Anda bantah adalah kecintaan saya terhadap klub ini. Saya menolak klub-klub lain untuk tetap di London Utara," ujar Wenger ingin menjelaskan bukti cintanya.

Semestinya Wenger yang kerap disebut Opa karena usianya yang sudah 67 tahun, tak harus membela diri secara verbal untuk menyatakan kecintaannya kepada klub. Lebih dari 20 tahun setia melatih Arsenal, Opa Wenger seperti menegaskan cintanya masih dan terus ada di klub berjuluk The Gunners ini. Sesuatu yang tidak lumrah di jaman sepak bola modern sekarang.

“Saya bisa membayangkan ada manajer lain yang bertahan 20 tahun di satu klub. Tetapi sepertinya hal itu sangat sulit terjadi,” kata Wenger yang sepertinya kagum sendiri akan pencapaiannya tersebut.

Datang seusai melatih klub Jepang, Nagoya Grampus Eight (1995-96), Wenger yang diperkenalkan pada 20 September 1996 merubah Arsenal sebagai tim yang menghibur dan atraktif, sekaligus berprestasi. Gelar Premier League 1997-98, 2001-02, dan sejarah catatan rekor tidak terkalahkan dalam perjalanan menjadi juara musim 2003-04, adalah prestasi yang dipersembahkan Opa Wenger dalam periode 10 tahun pertamanya di Arsenal.

Namun sayang, sesudah itu Arsenal masuk dalam masa gelap gulita di bawah kepemimpinan Opa Wenger. Arsenal tak pernah sekalipun menjadi juara Premier League. Meski berhasil meraih 6 gelar Piala FA bersama Arsenal, namun itu tak cukup untuk memuaskan dahaga cinta dari pendukung Arsenal.

Puasa gelar Premier League yang terus berlanjut di musim ini, yang artinya 13 tahun berlalu tanpa trofi liga, diperparah lagi dengan ketidaklolosan Arsenal ke Liga Champions musim ini. Walaupun terus membela diri karena masih memberi gelar, Opa Wenger tetap tersudutkan.

“Sepakbola telah berubah dengan sangat cepat. Masyarakat saat ini telah berubah dan sangat menuntut banyak hal. Orang-orang mudah dibengkokkan opininya dan ingin lebih terlibat dalam situasi di klub.” ujar Opa Wenger seperti bersungut-sungut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline