Mengambil tema 'Saranghaeyo (aku mencintaimu), Cinta atau Karir?' Mario Teguh (MT) tampil kembali di acara Golden Ways. Saya pun tidak mau ketinggalan menonton episode ini. Alasan utamanya karena 'katanya' ini akan menjadi episode terakhir dari sang motivator di layar kaca. Entahlah, karena sesudah acara selesai belum ada konfirmasi resmi, walaupun di media sosial sudah ramai dibicarakan.
Karena alasan episode terakhir itulah sebelum acara dimulai, saya sempat berimajinasi akan apa yang akan saya saksikan dalam episode terakhir ini. Mulai dari berimajinasi apakah sang motivator akan mengucapkan salam perpisahan? Atau mungkin permohonan maaf, atau bisa juga launching tanggal untuk tes DNA. Haha. Tetapi sayang imajinasi saya tidak terpuaskan hingga akhir acara. Kosong dan biasa.
Dalam episode kali ini MT Golden Ways mengambil tempat di aula Universitas Sumatera Utara, Medan. Diiringi soundtrack serial Korea terkenal, Descendant of The Sun, dengan memakai jas berwarna silver, MT memulai acara dengan sebuah kalimat pembuka yang hebat, “Waktu kita jatuh cinta, kita tetap setia. Cinta jangan dibenci karena cinta adalah sifat Tuhan”. Super sekali.
Dengan penguasaan panggung yang luar biasa, MT sampai menemui para audience yang adalah mahasiswa di kampus terbesar di Medan tersebut. “Pada waktu muda saya tidak pernah ditolak wanita. Tetapi diabaikan,” kata MT di salah satu bagian diiringi riuhan ratusan hadirin yang hadir.
“Wanita dibuat untuk mengabaikan Anda karena Tuhan ingin membentuk Anda. Wanita sering menyakiti orang yang mencintainya tetapi mau disakiti oleh orang yang tidak dicintainya. Wanita itu the essence of life,” sambung MT dalam ceramahnya.
Sesi tanya jawab dimulai, pertanyaan pertama tentang bolehkah mencintai orang yang lebih tua? MT segera memanggil istrinya, Lina. Lalu merangkulnya sambil bertanya "Kira-kira kami beda berapa tahun?" Sebelum penonton selesai menjawab MT dengan pede menjawab, “Saya dan istri beda 12 tahun, tapi tidak kelihatan kan?”
“Cinta itu bisa tahu baik atau tidaknya dari dampaknya. Cinta itu harus membaikkan. Cinta itu harus membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik,” kata MT. Untuk pernyataan ini, awalnya saya sempat tidak setuju. Saya sempat berpikir, jika mencintai seseorang tetapi orang itu miskin kan dampaknya tidak baik nantinya? Tetapi MT menggarisbawahi soal pribadi yang lebih baik. Bukan soal kekayaan, dll. Jadi saya setuju saja. "Hmm..kenapa saya jadi lebih kritis menonton MT kali ini ya?" tanya saya dalam hati.
Pertanyaan berikut bicara tentang memilih karir atau cinta lebih dahulu? Ramai-ramai hadirin menjawab karir terlebih dahulu. MT setuju dengan pendapat itu seraya memotivasi hadirin untuk menjadi orang yang berkualitas. “Kalau Anda berkualitas maka jodoh Anda berkualitas,” kata MT. Hmm...saya kembali sedikit mengerutkan dahi, bukankah kita berpasang-pasangan untuk saling melengkapi, dan tidak ada orang yang sempurna kan? Ah..mungkin MT bicara tentang pasangan yang baik hati bukan mengenai pasangan yang kurang kaya, kurang cantik dan sebagainya...saya kok kritis lagi ya...
Mengenai pacar yang belum move on dari mantan, MT memberikan tips. “Curhat adalah awalnya pindahnya cinta. Anda harus mempunyai strategi agar pacar Anda selalu curhat dengan Anda maka Anda akan membuat dia move on,” ajar MT sekali lagi disambut tepuk riuh penonton.
“Wanita lebih jatuh cinta kepada konsep. Dalam cinta lebih baik GR daripada minder. Kenapa wanita lebih suka lelaki yang nakal? Karena wanita itu identik dengan kemapanan dan dia membutuhkan lelaki nakal yang menunjukkan kehebatan. Jadilah lelaki yang berani,” kata MT menyambung persoalan lelaki yang bisa mencuri hati wanita.
Pelajaran cinta semakin 'menggila' ketika Fernando seorang mahasiswa dalam segmen curhat menanyakan bagaimana caranya membuat pasangan yang putus balik kembali. “Apa alasan putusnya?” tanya MT. “Saya dibilang kurang perhatian,” jawab Fernando.