[caption caption="Jokowi tetap kurus walaupun Koalisi menjadi Gemuk (suaramerdeka.com)"][/caption]
Ada 3 alasan sebuah partai mau bergabung dalam sebuah koalisi. 3 hal tersebut ialaha Ideologi, program kerja dan Kursi kekuasaan. Bergabung, berpindah, bermanuvernya sebuah partai takkan jauh dari 3 alasan ini. Jika belum bisa ditebak di awal kepindahan, maka waktu yang akan menjawab.
Seiring bergabungnya Golkar dari KMP ke KIH-Koalisi Pemerintah (istilah yang beberapa pengamat mengatakan lebih baik ditiadakan, walaupun nyata tetap ada) maka dua koalisi bereaksi bermacam-macam, ada yang kebakaran janggut ada yang sumringah ataupun harap-harap cemas. Semua bercampur menjadi satu.
Ada yang heran. Kenapa Golkar yang “bersumpah mati” dengan KMP akhirnya harus berpindah ke lain hati ke KIH mengikuti jejak teman se”kos” mereka dahulu, PAN. Ketua umum Golkar, Aburizal Bakrie dengan lugas mengatakan bahwa Golkar berpindah karena siap mendukung kebijakan pemerintah yang pro rakyat. Sangat formal kan?.
Beberapa keraguan dan ketakutan menyertai kepindahan Golkar. Ada yang merasa seiring kepindahan Golkar maka Koalisi terasa menjadi sangat gemuk. Jika dulu Koalisi pemerintahan hanya mencapai sekitar 37 persen maka sekarang Koalisi ini akan mencapai lebih dari 60 persen jikalau PPP akhirnya resmi ikut bergabung.
Koalisi ramping yang dulu diagung-agungkan lambat laun menjadi gemuk. Gemuk yang selalu berkonotasi negatif dengan penyakit komplikasi yang akan menghampiri. Itu karena Gemuk seringkali diidentikan juga dengan kegemaran makan yang menjurus rakus, dan jika rakus maka kepentingan orang lain tentu tidak diperhatikan lagi. Begitu kan?
Ah, ayolah, mulai tahun baru ini dengan tetap optimis. Dan untuk bagian ini saya tidak kuatir dan tetap optimis. Kenapa? Presiden kita Jokowi tetap kurus atau langsing kok.
Saya punya sedikit cerita. Ada keluarga teman saya yang anggota keluarganya yang mayoritas badannya gemuk , tetapi teman saya tetap langsing kok. Bukan karena makanannya dimakan saudaranya yang lain lho, tetapi teman saya ini menyeimbangkannya dengan kegiatan olahraga yang cukup. Main futsal dan kegiatan olahraga lain mulai dari yang ringan hingga berat.
Ya, kira- kira hampir sama dengan pepatah yang mengatakan “ Kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala kita tetapi kita bisa menjaga agar burung itu tidak buang air di atas kepala kita”. Kan tidak mungkin teman saya itu memilih menjadi anggota keluarga di lain tempat kan?..hiihihi..
Kita serius lagi, bagi saya, kapasitas Jokowi dalam menentukan tindakan yang terbaik bagi diri dan bangsa ini hingga sekarang sudah teruji. Banyak persoalan bangsa yang sering digunakan dan dipolitisir berbagai pihak. Jokowi hampir-hampir akan masuk jebakan Betmen dan jika masuk ke perangkap, hancurlah bangsa kita, tetapi syukurlah, tidak…
Sebagai orang Jawa, Jokowi tidak bisa melarang siapapun bertamu ke dalam rumahnya. Bukan berarti saya yang orang Timor melarang orang bertamu di rumah saya lho..hihiih. Maksud saya "kelembutan hati" Jokowi dengan Kebiasaan open house ataupun blusukan menjadikan dirinya menjadi pribadi yang akan terus membuka diri untuk bersahabat dengan siapapun juga termasuk dengan orang ataupun partai yang berseberangan. Apalagi bukanlah tidak mungkin setelah Golkar maka PPP dan PKS akan menyusul kan?, apakah Jokowi akan menolak? rasanya tidak.