Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Pesan di Balik Telapak Tangan Jokowi

Diperbarui: 22 Juni 2017   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jokowi dan Kelembutan hatinya (sbrgbr:pither fb)"][/caption]

Akhirnya bisa berjabatan tangan untuk pertama kalinya dengan Jokowi di tengah perayaan natal di Kupang. “Cukup pak..” kata lembut salah seorang Paspampres. Padahal hitungan saya baru 3 detik saya memegang tangan beliau apalagi Jokowi juga sudah “memaksa” melepas tangannya juga. Hihihi..

Setahu saya, Ilmu menjabat tangan itu sederhana. Ada 2 hal yang harus diperhatikan dengan seksama. Pertama, tatapan mata. Tatapan mata harus saling melihat dimana hal itu untuk menunjukkan penerimaan dan persahabatan. Yang kedua, adalah kuatnya jabatan tangan kita. Semakin kuat menunjukkan antusiasme kita untuk menjalin persahabatan dan adanya penerimaan. Tentu tidak harus terlalu kuat sehingga akan menyakiti partner kita tersebut.Syukur-syukur partner wanita kalau pria, bisa adu jotos..hihihi

Hal itulah yang terekam di benak saya ketika akan menjabat tangan pak Presiden. Tentunya, bukan sebagai sahabat tetapi sebagai rakyat dan Presidennya, atau bahkan kalau mau dikatakan, antara pengagum dan orang yang dikagumi. “Pak…” panggil saya ketika Jokowi kelihatan akan berlalu dari kerumunan orang. Beruntungnya saya, Jokowi langsung membalikan badan dan wajahnya. Dan 1…2…3…saudara-saudara sebangsa setanah air..tangan kami saling menjabat…Sah !.Hihihi…

Untuk pertama kalinya saya berjabatan tangan dengan warga numero uno di bangsa kita. Mr.President of Indonesia….Horray.

Walaupun hanya sekitar 3 detik dan dengan level yang berbeda (Presiden dan blogger lho..), jikalau saya diperkenankan untuk menilai, Jokowi melakukan Ilmu berjabatan tangan dengan sempurna. Matanya memandang kepada saya dan jabatan tangannya termasuk kuat, tentu itu dibantu dengan jari kurus nan panjang punya beliau.(kalau punya saya, kurus nan pendek..hihihi). Artinya saya menerima dan mau bersahabat dengan beliau tetapi entahlah dengan beliau. Hehehe…Terimakasih banyak pak Presiden. Halelluya….

Menariknya lagi, saya bisa merasakan telapak tangan beliau dengan baik dan utuh (lebayy..). Jika dibandingkan dengan ukuran kekasaran telapak tangan saya yang boleh disebut Portugal (proporsi tukang gali) , maka tangan Jokowi sungguh amat lembut. Padahal Ayah saya pernah berkata ketika saya masih kecil “Ukurlah kerja kerasmu dengan halus lembut kasarnya telapak tanganmu, semakin kasar telapak tanganmu, semakin engkau bekerja keras”.

Jokowi mah jauh….lembut sekali. Kalau ada diantara pembaca yang tidak percaya lembutnya telapak tangan Jokowi, tanyakan saja pada ibu negara. Sayang pada momen ini saya tidak sempat berjabat tangan dengan ibu negara karena kalah teriakan dari ibu-ibu Kupang yang berteriak histeris ketika Ibu Iriana lewat dan membuat Ibu Iriana menduakan saya…huhhhh…(padahal saya mau membandingkan halusnya telapak tangan ibu Iriana dan suaminya lho…hihihi).

Bicara tentang halusnya telapak tangan yang “bisa” berarti kerja keras, maka kenyataan telapak tangan Jokowi yang halus justru berbeda sekali dengan slogan beliau “Ayo Kerja, Kerja Keras”.

Setelah merenung (lama lho). Akhirnya saya baru mengerti pesan teramat penting yang disampaikan dengan berbeda oleh kedua tokoh yang saya kagumi, Ayah saya dan Jokowi.

Di jaman ayah saya, banting tulang di kebun dan ladang adalah gambaran hati dari seorang ayah untuk anak-anaknya. Telapak tangan yang kasar adalah gambaran hati yang mau melayani keluarga sampai titik darah penghabisan, hati yang mau menangis jikalau keluarga sampai kelaparan, jikalau dapat terus bekerja keras untuk dapat juga berbagi dengan orang lain, begitulah kira-kira.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline