Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Proses

Diperbarui: 23 Juli 2022   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Suatu ketika aku mendapat tugas dari guru Biologi untuk membuat tauge. Cara untuk membuat tauge itu mudah dan sederhana. Hanya bermodalkan sebuah wadah, kapas, air, dan kacang hijau, kita dapat membuat tauge. Namun lebih dari pada itu, kita memerlukan adanya proses. Membuat tauge tidak seperti menggoreng sebuah telur yang berlangsung dalam waktu yang cepat.

Dalam pembuatan tauge, aku harus menyirami tauge tersebut setiap hari agar tauge dapat tumbuh dengan baik. Dari sini aku belajar untuk mencintai proses. Sesuatu tidak akan datang dengan sendirinya namun membutuhkan waktu dan proses. Konsisten adalah kunci pertumbuhan. Ketika kita mencintai suatu hal atau mencintai seseorang, kita perlu menunjukkan cinta itu dengan perbuatan yang dilakukan dengan konsisten. Misalnya sebagai pelajar, aku harus belajar dengan rajin bukan karena aku menginginkan nilai yang baik. Namun karena aku mencintainya dan aku ingin menjadi pribadi yang semakin baik di hari ke depan. Proses adalah kunci sebuah pertumbuhan.

Di samping itu, aku belajar dari proses pembuatan tersebut bahwa tauge dapat tumbuh dengan lebih baik ketika ia diletakkan di tempat yang gelap. Dari tauge ini aku belajar, untuk hidup seperti tauge di mana ia tidak menginginkan pujian. Ia ingin berkembang tanpa dilihat orang lain. Terkadang ketika pertumbuhan orang dilihat oleh orang yang lain, orang itu akan mendapat pujian dari orang lain tersebut. Nah, terkadang pula pujian ini yang berbahaya bagi pertumbuhan manusia. Ketika orang terlena pada pujian dan berfokus pada pujian, orang tersebut justru merasa bahwa dirinya dalah yang terbaik dan ia berusaha mencapai hasil yang maksimal agar pujian tersebut tidak hilang daripadanya. Jika hal ini terjadi, orang tersebut tidak akan dapat menikmati proses dan tidak akan bertumbuh secara maksimal yang akhirnya justru menjatuhkan orang itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline