Era Abad XXI
Dua dekade telah berlalu dan tiap dekade hadir krisis yang berdampak global masing-masing Great Recession 2008 dan Pandemi COVID-19 pada 2020. Dalam kepedulian terhadap perubahan iklim yang diusung mantan Wakil Presiden Al Gore, dunia terkesima dengan arus Ekonomi Hijau yang menjanjikan pertumbuhan ekonomi dan pengendalian atau penanganan masalah lingkungan agar mampu menanggulangi masalah pemanasan global dan polusi.
Dalam realitasnya pertumbuhan ekonomi global pasca Great Recession 2008 trennya turun demikian pula pasca Pandemi COVID-19 perekonomian belum pulih seperti kondisi Pra Pandemi.
Apakah yang dimaksud dengan Pelangi Ekonomi ? Pemahamannya diberikan pada Peraga-1 dengan mengaitkan warna dan arus serta mahza perekonomian yang seakan antagonis terhadap Main Stream Economy (Arus Utama Perekonomian).
Warna-warni ekonomi sering disebut dan gambarannya secara sederhana adalah sebagai berikut.
1. Brown Economy (Cokelat) : berkaitan dengan ekploitasi sumber daya alam yang dimiliki yang erat dengan energi fosil dan komoditas mineral seperti besi, tembaga, timah, nikel dan berbagai material lainnya
2. Green Economy (Hijau) : Sering disebut sebagai Ekonomi Lingkungan yang selalu dikaitkan dalam setiap kegiatan pembangunan dan kepedulian terhadap alam agar terus dapat memberikan lingkungan kehidupan yang layak
3. Blue Economy (Biru) : Erat berkaitan dengan peduli terhadap lingkungan dengan mengendalikan polusi, mendaur ulang sampah, pemanfaatan sumber daya laut secara bijak dan pengembangan wisata serta energi terbarukan
4. Golden Economy (Emas) : Pengendalian dampak eksploitasi lingkungan dan eksploitasi sumber daya terbarukan terutama pada energi dengan pemanfaatan Renewable Energy seperti solar, wind, ocean, panas bumi, hidrogen
5. Purple Economy (Ungu) : Pengarusutamaan beragam isu sosial dan kemasyarakatan dan meningkatkan kualitas hidup bagi segenap umat manusia juga sikap kebersamaan atau komunilitas