Lihat ke Halaman Asli

Arnold Mamesah

TERVERIFIKASI

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Gejolak Kurs dalam Bahaya Laten Global

Diperbarui: 3 Juni 2018   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Global CURVA by Arnold M

Persepsi Mata Uang Kuat dan Gejolak

Dalam suatu percakapan via medsos, seorang rekan melempar pernyataan : "Rupiah (IDR) bergerak menguat (terhadap Dolar Amerika atau USD) karena kenaikan BI (Repo) Rate" Benarkah pernyataan tersebut ? Tidak dapat disangkal yang tertanam pada sebagian besar masyarakat adalah pemahaman bahwa mata uang Rupiah harus dan perlu kuat, terutama terhadap USD.

Dalam survei-web yang dilakukan (hubpages.com), dari 325 responden hasilnya seperti pada Peraga-1 di bawah ini.

Mata Uang Kuat : Berkah atau Bencana - by Arnold M

Dari hasil survai, 69% responden beranggapan bahwa mata uang kuat bukan berkah atau bencana

Dalam hal Rupiah, kondisi penguatan terhadap USD pasca depresiasi adalah dampak kenaikan BI Repo Rate; tentu merupakan penyederhanaan dalam analisis dan konklusi yang cenderung subjektif. Fakta kondisi defisit Neraca Pembayaran (klik di sini) pada Triwulan-1 2018 merupakan kausal tekanan pada kurs tukar Rupiah (IDR) terhadap USD.

Pasca Great Recession 2008, kondisi perekonomian dan finansial global makin erat dengan CURVA (Complexity, Uncertainty, Rush, Volatility, Ambivalent). Kondisi gejolak (volatility) nilai tukar yang terjadi ibarat kemunculan kecoak yang kemudian berlalu. Situasi ini tidak lepas dari peredaran forex (pertukaran mata uang asing) harian yang secara rerata berkisar USD 5 Triliun (2016 - BIS Survey) dan upaya mendapatkan imbalan maksimum. Dalam peredaran dan transaksi perdagangannya, forex dipengaruhi 3 (tiga) faktor yaitu (1). Siklus (Cycle) yang dikaitkan dengan kebijakan Bank Sentral pada negara maju misalnya US The Fed, EU ECB, Jepang BoJ; (2). Kecenderungan (Trend) yang dihubungkan dengan kondisi dan stabilitas dalam suatu negara serta pertumbuhan perekonomian; (3). Pola (Pattern) yang dipengaruhi persepsi serta spekulasi atau sentimen dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan. Para pelaku pasar forex kental dengan perilaku bias pikir (cognitive bias) "ikut tanpa banyak pikir" (bandwagon effect); sehingga faktor kondisi fundamental tidak terlalu menjadi faktor utama.

Bahaya Laten

Dalam kondisi USD mengalami apresiasi atau penguatan terhadap mata uang global, ada "bahaya laten" (bahaya yang tidak tampak) pada perekonomian US yaitu "Double-D Problem" yaitu Trade Deficit dan Fiscal Deficit. Implikasinya peningkatan utang seperti pada Peraga-2.

Rasio Utang US terhadap PDB - sumber : https://fred.stlouisfed.org/series/BOPSTB#0

Sumber informasi : FRED

Rasio utang US pasca Great Recession 2008 meningkat drastis; dalam masa 2010 - 2018 (Triwulan-1) terjadi peningkatan rasio hampir 20%. Pada 2016 tren sempat turun tetapi pada masa Presiden Donald Trump (DT) kembali meningkat; hal ini merupakan implikasi kebijakan Tax Cut yang diberlakukan. Dengan berbagai pemanis hingga Tax Cut, kenyataannya belum terjadi peningkatan investasi di US. Khususnya pembangunan infrastruktur yang dijanjikan DT pada masa kampanye masih belum bergulir. 

Dengan penguatan USD jelas akan berdampak pada penurunan penjualan barang ekspor US yang kemudian menekan kinerja korporasi dan berimplikasi pada pendapatan tenaga kerja di US. Jika hingga Triwulan-3 2018 pembangunan infrastruktur tidak bergulir, diprakirakan terjadi "arus keluar" USD menuju perekonomian yang memberikan imbalan menarik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline