Trend surplus perdagangan Indonesia pada 2015- 2016 dan paruh pertama 2017 menggoda untuk mendapatkan dorongan pertumbuhan dari perdagangan. Kondisi tersebut tergambar juga dari trend surplus perdagangan seperti pada Peraga-1.
Peraga-1 : Trend Surplus Perdagangan Indonesia - Triwulanan
Sumber informasi : Bank Indonesia - SDDS (dengan pengolahan)
Dalam masa 2015 hingga Triwulan-2 2017, kecenderungan (trend) surplus perdagangan meningkat (garis putus merah).
Sementara gambaran indeks harga komoditas diberikan pada peraga berikut ini.
Peraga-2 : Indeks harga komoditas (energi dan non energi)
Berdasarkan gambaran 10 tahun terakhir, sejak pra Krisis Finansial 2008 hingga Triwulan-2 2017, kecenderungan indeks harga komoditas (energi dan non energi) turun; dengan indeks energi turun lebih dalam. Kecenderungan penurunan harga ini akan berdampak pada penerimaan negara yang mengandalkan komoditas (energi dan non energi) serta menimbulkan kondisi berlebihan (excessiveness atau over supply). Negara produsen komoditas akan berusaha meningkatkan produksi dengan untuk meningkatkan penerimaan; berdampak pada perang harga atau melakukan "manipulasi nilai tukar mata uang" dengan berbagai cara (currency war). Sejalan dengan kecederungan pertumbuhan ekonomi global yang masih tertekan, sulit berharap terjadi peningkatan permintaan (demand); dan kembali muncul tekanan pada harga komoditas.
Pada sisi lain, kinerja mata uang Rupiah dalam 24 (dua puluh empat) bulan terakhir gambarannya diberikan pada peraga berikut.
Peraga-3 : Kinerja Mata Uang Berdasarkan BIS Real Effective Exchange Rate Index
Sumber informasi : Bank for International Settlement (BIS - REER Index, dengan pengolahan)
Peraga-3 menunjukkan bahwa dalam 24 bulan terakhir nilai tukar Rupiah berdasarkan Real Effective Exchange Rate Index kecenderungannya naik; sementara Dolar Amerika (USD) dan mata uang ASEAN lainnya (Ringgit Malaysia, Peso Filipina, Dolar Singapore, Baht Thailand) turun. Selayaknya dengan kondisi surplus perdagangan, inflasi terkendali, dan peningkatan aliran dana masuk investasi portofolio, nilai tukar nominal tukar nominal akan terapresiasi (naik). Tetapi (mungkin) dengan pertimbangan kondisi global dan perdagangan, Bank Indonesia memilih untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar nominal USD 1 pada rentang IDR 13.300 - 13.400.