Lihat ke Halaman Asli

Arnold Mamesah

TERVERIFIKASI

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Bukan Faktor Global yang Pengaruhi Ekonomi Kita, Melainkan Masalah Domestik

Diperbarui: 9 Mei 2017   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : Kompas - Ekonomi / Makro

Faktor Eksternal dan Perdagangan Global

Awal 2017 Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) sering menyebut 3 (tiga) faktor global atau eksternal yang mengancam pertumbuhan perekonomian Indonesiayaitu : Trump Effect, Pasca Brexit, dan Tiongkok Rebalancing. Namun hal tersebut sudah disanggah melalui artikel : "Brexit, Efek Trump, "Rebalancing" Tiongkok Berdampak Negatif?" (Klik di sini untuk membaca artikel). Faktanya perekonomian United Kingdom bertumbuh pasca Brexit seperti juga Tiongkok yang tumbuh 6,9% pada Triwulan-I 2017; sedangkan USA pertumbuhannya turun pasca Presiden Donald Trump memegang kendali di White House, Washington. (Lihat artikel : "Kritis dan Jernih terhadap Ekonomi Garuda" di sini).
Sebagai gambaran atas perekonomian USA, Peraga-1 menunjukkan pergerakan nilai tukar Dolar Amerika (USD) terhadap mata uang mitra dagang USA (broad, di luar China, European Union, UK, dan Jepang) dan peningkatan upah (earning) tenaga kerja.

fredgraph-591021e1b37e61761ece64d8.png

Sumber chart : FRED - US

Dari Peraga-1 dapat dilihat bahwa indeks nilai tukar USD (garis biru; berdasarkan Trade Weighted Currency Exchange) turun; sementara pertumbuhan upah tenaga kerja di USA (garis merah - Average Hourly Earning of Production and Supervisory) turun atau "stagnant" pada masa Januari - April 2017.

Khusus untuk China, perlu dicermati dengan mengkaji posisi Cadangan Devisa dan Surplus Perdagangan serta pergerakan indeks mata uang berdasarkan (Real Effective Exchange Rate). Gambarannya diberikan pada Peraga-2.

china-forex-surplus-index-591031f5569773524c5c4ac0.png

Sumber informasi : China Forex Reserve (SAFE), Trade Surplus (China Bureau of Statistics), REER Index : BIS (Bank for International Settlement).

Dengan neraca perdagangan global selalu surplus (kecuali Februari 2017), jumlah cadangan devisa China seharusnya bertambah dan indeks mata uang naik. Yang terjadi trend cadangan devisa turun dan indeks REER juga turun. Dengan kondisi demikian, walaupun pada Triwulan-I 2017 pertumbuhan China naik, tetapi menyimpan "bahaya laten"; diprakirakan berkaitan dengan tekanan utang korporasi serta "capital outflow" dari China. Sekedar tambahan, posisi cadangan devisa China akhir April 2017 naik ke USD 3.030 Miliar.

Salah satu faktor pendorong tingkat pertumbuhan Triwulan I 2017 adalah perdagangan global khususnya ekspor. Pada artikel : "Surplus Perdagangan Surplus Perdagangan dalam Percaturan "Tularan Tiongkok" dan "Trump Effect"" (Klik di sini untuk membaca artikel lengkap) telah diprediksi lanjutan kondisi surplus khususnya terhadap mitra dagang utama seperti USA, European Union, dan Jepang; sedangkan defisit terhadap China seharusnya mendapatkan perhatian terutama dampak praktek perdagangan yang "tidak layak" (ingat kasus penyelundupan tekstil, dumping harga baja, counter trade atau barter terselubung).

Gejolak Global dan Domestik 

Selain masalah Secular Stagnation (pertumbuhan tertekan walaupun telah diberikan stimulus; untuk penjelasan lengkap klik di sini), perekonomian global dihadapkan dengan kondisi New Normal yang gambarannya diberikan pada Peraga-3.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline