Lihat ke Halaman Asli

Arnold Mamesah

TERVERIFIKASI

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

SMI Abaikan Sinyal demi Tax Amnesty, Buahnya Kontraksi

Diperbarui: 4 April 2017   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : Harian Terbit

Konsumsi dan Investasi

Senin pertama Februari 2017, BPS (Badan Pusat Statistik) mengumumkan : "Ekonomi Indonesia Tahun 2016 Tumbuh 5,02 Persen Lebih Tinggi Dibanding Capaian Tahun 2015 Sebesar 4,88 Persen". Dengan pertumbuhan tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp12.406,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp47,96 juta atau US$3.605,1.

Angka pertumbuhan ini tidak jauh berbeda dengan perhitungan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) pada awal Januari 2017. Penerimaan pajak secara keseluruhan per 31 Desember 2016 mencapai Rp 1.105 triliun, atau 81,54% dari target penerimaan di APBNP 2016 sebesar Rp 1.355 triliun, tumbuh sekitar 4,13% dibanding 2015. Dari jumlah penerimaan pajak tersebut, sekitar 107 Triliun Rupiah (IDR) merupakan dana tebusan Tax Amnesty yang disetor masyarakat atau individu serta perusahaan (korporasi).

Dari berita BPS tersebut dikutip penjelasan : "Ekonomi Indonesia triwulan IV-2016 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 1,77 persen." Berdasarkan penjelasan tersebut, seandainya tidak mengalami kontraksi, PDB bertambah sekitar IDR 54.9 Triliun (1,77% dari rerata PDB per triwulan sebesar IDR 4.100 Triliun) dan mencapai angka 12.460 Triliun. Dengan angka PDB tersebut pertumbuhan 2016 menjadi 5,48% bukan 5,02%.

Kontraksi pada Triwulan-4 2016 tidak mengejutkan dan sinyalnya sudah disampaikan SMI pada pekan ketiga Agustus 2016. (lihat berita : Sri Mulyani: Masyarakat Kurangi Belanja karena Tax Amnesty). Dalam masa September - Desember 2016, sejumlah IDR 107 Triliun tersedot dari masyarakat dan dunia usaha sebagai "upeti" Tax Amnesty; tentu akan sangat berpengaruh pada peredaran uang. Dampak langsung dirasakan pada sektor konsumsi yang memberikan kontribusi sekitar 60% pada PDB. Sementara, penurunan inflasi triwulan-IV khususnya pada akhir tahun merupakan indikasi lain terhadap turunnya minat dan daya beli masyarakat.

Dalam kondisi penurunan konsumsi, realisasi penanaman modal tidak memberikan dampak ungkitan karena pertambahan realisasinya rendah (lihat Peraga-1 dan Peraga-2).

Peraga-1 : Laporan Kegiatan Penanaman Modal BKPM

Sumber informasi : BKPM via Twitter

Berdasarkan Peraga-1, pertambahan realisasi penanaman modal triwulanan 2016 (hasil olahan) diberikan pada peraga berikut ini.

Peraga-2 : Pertambahan realisasi investasi triwulanan dan akumulasi tahunan

Sumber: BKPM

Secara akumulasi dibandingkan posisi 2015, realisasi penanaman modal dalam negeri bertambah IDR 11,9 Triliun dan penanaman modal asing bertambah IDR 2,1 Triliun; sehingga secara total selama 2016 bertambah IDR 14 Triliun.

Dana Repatriasi dan Ekspansi Fiskal

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline