Proteksi terhadap pasar USA merupakan warna penting dalam pemerintahan Presiden USA Donald Trump. Sejalan dengan hal tersebut, presiden Trump memberi perintah agar USA "quit" atau keluar dari TPP (Trans Pacific Partnership). Pada sisi lain, Trump mengindikasikan kedekatan hubungannya dengan Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin.
Dalam artikel : "Kecoak Trumponomics" dalam Konflik SMI dengan JP Morgan, diberikan gambaran dampak yang dapat terjadi seperti digambarkan pada Peraga-1.
Kebijakan proteksi pasar USA diprakirakan akan mendapatkan tindakan balasan dari mitra dagang utama USA seperti China, European Union (EU), Jepang dan menjurus pada Trade Wars. Akibatnya produk yang tidak dapat diserap pasar USA akan beralih ke pasar lainnya yang menghadirkan "over-supply" dan perang harga. Sementara pada sisi lain, spiral deflasi komoditas belum berakhir walaupun pada triwulan akhir 2016 menunjukkan indikasi pemulihan harga. Saat kondisi "over-supply" komoditas dan produk terjadi, spiral deflasi akan berlanjut dengan tekanan penerimaan bagi negara yang mengandalkan komoditas serta negara produsen. Implikasinya pertumbuhan global makin tertekan.
Dampak dari tindakan balasan para mitra dagang USA adalah tekanan pada ekspor produk USA yang berakibat peningkatan defisit perdagangan dan depresi serta tekanan pertumbuhan pada korporasi USA. Implikasi lanjutannya adalah penurunan pendapatan tenaga kerja di USA serta tekanan pada pertumbuhan lapangan kerja; jika kondisi demikian berkelanjutan maka berpotensi resesi pada perekonomian USA.
Sebagai respon terhadap kebijakan Trumponomics, akan juga terjadi perubahan pada ranti pasokan global (global supply chain) khususnya pada negara industri. Untuk memahaminya, perlu diperhatikan dari besaran GDP (Gross Domestic Product) global seperti diberikan pada Peraga-2.
Sumber informasi : World Bank
Dari peraga-2, 80% GDP global merupakan kontribusi 19 negara (termasuk Indonesia pada peringkat 16).
Kesulitan akses terhadap pasar USA dan sejalan dengan kecenderungan Regional Economic Partnership" akan memunculkan aliansi baru perdagangan antara lain kelanjutan TPP tanpa USA (Aliansi Asia & Pasifik), aliansi USA dengan mitra abadi, UK pasca Brexit, dan aliansi sekeliling Atlantik dan Eropa yang merupakan perluasan European Union tanpa harus menerapkan "single currency" Euro.
Gambaran pangsa aliansi perdagangan baru tersebut diberikan pada peraga-3.
Dari aliansi perdagangan ini, Rusia diprakirakan akan tetap mempertahankan pasar Eropa dan Asia termasuk China yang memberikan kontribusi lebih dari 80% daripada beralih ke pasar USA yang pangsanya kurang dari 10%. Sementara China akan berusaha memperkuat posisi dengan meracik kemasan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) dengan TPP. Gabungan TPP (tanpa USA) dan RCEP (Aliansi Asia & Pasific) akan menjadikannya sebagai aliansi terbesar (47%) dan melibatkan mata uang Yen serta Renminbi (dua dari 5 unsur SDR IMF). Pada aliansi Asia & Pasific ini pemain kunci adalah China, Jepang, India dan Indonesia dengan populasi penduduk secara keseluruhan hampir 3 milyar. Pangsa aliansi USA & UK besarnya 36% sedangkan aliansi Euro Atlantik hanya 17%.
Memperhatikan aliansi perdagangani global yang timbul, Trumponomics akan membuat USA terkucilkan.