Rapor Presiden
Mungkin terpengaruh rapor pemimpin Asia Pasifik, Presiden Jokowi lantas memutuskan untuk "di rumah saja" saat pergantian 2016 menuju 2017. Salah satu indikator yang digunakan dalam rapor adalah kinerja nilai tukar Rupiah; selain pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) dan kenaikan "Approval Rating".
Agar dapat memahami kinerja mata uang Rupiah (IDR), pada Peraga-1 diberikan perbandingan dengan mata uang lain berdasarkan Real Effective Exchange Rate (REER) Index yang diterbitkan Bank for International Settlement (BIS) untuk masa 2015 dan 2016 berdasarkan rerata indeks.
Catatan. Pergerakan Indeks Real Effective Exchange Rate mata uang suatu negara menggunakan rujukan indeks 2010 dengan memperhatikan nilai tukar nominal, inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), dan transaksi perdagangan global.
Perbandingan pada Peraga-1 melibatkan mata uang utama global (USD, Euro, Yen Jepang - JPY, Renminbi China - CNY, Pound Sterling UK - GBP) dan negara ASEAN (Ringgit Malaysia, Peso Phillipine), Won Korea Selatan, Dollar Australia, Rupee India, dan Lira Turkey. Berdasarkan rerata indeks REER 2016 dibandingkan 2015, 6 (enam) mata uang kinerjanya meningkat antara lain (1). JPY (13,9%), Rupiah, (2). IDR (3,9%), (3). USD(3,5%), (4) Euro (2.2%), (5). AUD (0,9%), (6). India (0,9%).
Gambaran neraca perdagangan dan tingkat inflasi untuk peringkat 1, 2, dan 3 diberikan pada Peraga-2.
Dari peraga di atas, penguatan indeks REER JPY terjadi karena neraca perdagangan berbalik surplus dan inflasi sangat rendah. Salah satu penyebab inflasi negatif di Jepang adalah tingkat konsumsinya rendah walaupun Bank Sentral Jepang (BoJ) sudah melakukan kebijakan stimulus. Kondisi ini mengancam pertumbuhan dunia usaha di Jepang.
Penguatan indeks USD sejalan dengan fenomena USD Strong dan penguatan perekonomian USA pasca Krisis Finansial 2008. Kondisi penguatan ini membuat tekanan pada neraca perdagangan USA dan mengancam pertumbuhan dunia usaha terutama korporasi.
Pada indeks Rupiah (IDR) penguatan terjadi akibat inflasi berhasil dijinakkan dan turun hingga pada 2016 diprakirakan 3%. Sementara neraca perdagangan mengalami perbaikan dari defisit menjadi surplus yang terus meningkat. Penurunan inflasi perlu dicermati apakah akibat penurunan daya beli yang selanjutnya menekan permintaan. Juga perlu dicermati soal surplus perdagangan; apakah akibat penurunan nilai impor lebih besar dari penurunan nilai ekspor. Nilai ekspor turun sebagai akibat deflasi komoditas dan penurunan permintaan sementara komoditas masih merupakan ekspor utama. Sementara, penurunan nilai impor, apakah akibat berkurangnya impor bahan mentah yang merupakan bahan baku industri pengolahan atau penurunan impor barang modal yang mencakup alat produksi. Kondisi surplus memang memberikan kesan positif pada neraca perdagangan; tetapi jika ditelaah lebih dalam, memberikan makna ancaman dan merupakan peringatan (alarm) bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi masa mendatang.
Indeks Nilai Tukar dan Aliran Dana Investasi
Untuk memahami posisi indeks REER Rupiah, perlu dilihat trend sejak kebijakan normalisasi (kenaikan) Fed Rate diumumkan pada Maret 2013 hingga 2016 seperti pada Peraga-3.