Lihat ke Halaman Asli

Arnold Mamesah

TERVERIFIKASI

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Tumbuh Dalam Defisit dan Utang ... Why Not ?

Diperbarui: 9 Juni 2016   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.shutterstock.com/s/economic+growth/search.html

International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook yang diterbitkan April 2016 memberikan proyeksi pertumbuan ekonomi global 2016 pada kisaran 3,2%; dan 3(tiga) ekonomi regional bertumbuh di atas global seperti diberikan pada Peraga-1.

Pertumbuhan Ekonomi Regional - Prepared by Arnold M.

Dari Peraga-1, regional Asia Timur (East Asia), Asia Selatan (South Asia), dan Asia Tenggara (South East Asia) bertumbuh di atas 3,2%; sedangkan Amerika Utara (North America, mencakup antara lain USA, Canada, dan Mexico), Eropa Barat (Western Europe, umumnya negara tergabung dalam European Union), dan Amerika Selatan (South America, mencakup negara seperti Argentina, Brazil, Chile, Peru, Columbia).

Tiga regional ekonomi dengan pertumbuhan di atas global tersebut, populasi penduduknya sekitar 54% dari populasi dunia, seperti disajikan pada Peraga-2.

Regional Population - Prepared by Arnold M

Dalam masing-masing regional tersebut, pertumbuhan tertinggi dialami India (Asia Selatan), China (Asia Timur) dan Indonesia (Asia Tenggara) dan gambarannya diberikan pada Peraga-3.

ecocator-57587d5d957e61bf1c91734b.png

Sumber Informasi Peraga-1, 2, dam 3 : IMF. Ambang batas defisit "Fiscal Budget" : 3%; DSR (Debt Service Ratio atau Debt to GDP Ratio) : 60%.

Dari Peraga-3, trend pertumbuhan China dari 7,3% (2014) diprakirakan turun menjadi 6,0 (2018), sementara rasio utang meningkat lebih 10%. Ini mengindikasikan "ada yang tidak beres" dalam pengelolaan perekonomian China karena penambahan input melalui utang tidak berdampak peningkatan. 

Pertumbuhan India naik dengan defisit serta rasio utang melebihi ambang batas walaupun trend rasio utang turun. Dengan demikian, India harus mempertahankan pertumbuhan tinggi agar rasio utang turun di bawah 60%; sebaliknya kegagalan meningkatkan pertumbuhan akan menyebabkan tekanan utang yang selanjutnya menekan pertumbuhan dan menimbulkan resesi.

Walaupun pertumbuhan Indonesia lebih rendah dari China dan India tetapi pada 3 Triwulan terakhir trend-nya naik dengan defisit serta rasio utang di bawah ambang batas. Agar pertumbuhan lebih tinggi dari proyeksi, sangat dibutuhkan tambahan belanja dan (Incremental Increase) investasi pemerintah serta swasta (domestik atau asing). Dalam hal kegiatan investasi swasta rendah maka pemerintah yang harus berinisiatif meningkatkan belanja serta investasi melalui ekspansi fiskal; yang akan berakibat peningkatan defisit dan utang. Tanpa ekspansi, sulit berharap terjadi peningkatan pertumbuhan; bahkan kemudian akan meningkatkan rasio utang. Memang langkah ini akan mendapatkan hambatan karena dianggap peningkatan utang kelak membebani "anak cucu". Anggapan tersebut tidak tepat karena penambahan utang akan dipulihkan dan dinetralisasi dengan peningkatan pertumbuhan (Lihat artikel : Defisit atau Utang? Bukan Dilema!); serta wawasan jangka panjang yang berkelanjutan. 

Berpikir perekonomian negara bukan seperti mencemaskan "Duit Dalam Dompet" !

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives 

9 Juni 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline