Lihat ke Halaman Asli

Arnold Mamesah

TERVERIFIKASI

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Pesona Inflasi dan Kurs

Diperbarui: 18 Mei 2016   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret Inflasi dan Kurs

Bicara inflasi dan kurs tukar ibarat bermain "ular tangga" dengan undi dadu yang menentukan jumlah langka kemuka. Jika inflasi bermakna kenaikan yang dikaitkan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), sebalik dis-inflasi atau secara sederhana disebut deflasi merupakan kebalikannya yaitu penurunan indeks.

Pada 2 Mei 2016 diumumkan angka inflasi yang terjadi pada masa April 2016 sebesar minus 0,45% yang berarti deflasi. Sementara merujuk pada sumber informasi kurs dari Bank Indonesia, kecenderungan terjadi penguatan kurs tukar Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika (USD). Gambaran pergerakan inflasi dan kurs tukar dalam satu tahun terakhir diberikan pada Peraga-1.

 

Peraga-1 : Inflasi - Kurs Tukar - Real Effective Exchange Rate

Sumber Informasi : 1. Biro Pusat Statistik; 2. Bank Indonesia (Kalkulator Kurs); 3. BIS (Real Effective Exchange Rate)

Dari Peraga-1 ditunjukkan bahwa trend inflasi (garis putus biru) turun, kurs tukar USD-IDR (garis putus merah) turun yang dipahami sebagai penguatan IDR. Sementara indeks Real Effective Exchange Rate (REER) menunjukkan penguatan. Secara umum, indeks REER IDR merepresentasikan kondisi perdagangan (ekspor - impor) dan IHK; sehingga kenaikan indeks REER mengindikasikan penurunan inflasi dan surplus perdagangan.

Terjadinya dis-inflasi mengindikasikan perbaikan dari sisi supply (persediaan) dan penyaluran barang konsumsi (distribusi); tetapi perlu dicermati juga kondisi ini dapat terjadi akibat penurunan daya beli masyarakat. Pengaruh deflasi global tidak dapat dihindari akibat tekanan ekspor barang dari China ataupun kawasan lainnya. Des-inflasi atau dalam waktu panjang menjadi deflasi bukan kondisi yang baik bagi dunia usaha karena akan menekan penerimaan yang berdampak pada penurunan belanja dan minat investasi. Jika kondisi ini terus berlangsung maka akan menurunkan permintaan (demand) secara agregasi.

Fenomena Glut of Fund

Peningkatan nilai tukar IDR terhadap USD (apresiasi) dipengaruhi kondisi global antara lain upaya US menekan defisit perdagangan dengan "melemahkan USD" (counter cyclis USD Strong Phenomena); "Capital Flight" dari China; dampak Quantitative Easing ECB.

Kondisi anti siklis USD Strong diberikan pada Peraga-2. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline