Respon Negatif Kebijakan Bank Sentral
Awal Desember 2015, Chairwoman The Federal Reserve (Bank Sentral US) mengindikasi kenaikan suku bunga acuan (Fed Rate) hampir pasti akan diputuskan pada pertemuan 16 Desember 2015. Atas indikasi ini, timbul gejolak pada pasar keuangan yang membuat Dolar Amerika (USD) makin kuat dan mengalami apresiasi yang semakin menekan ekspor produk US, sehingga ekspektasi pertumbuhan bisnis turun. Pasar saham US memberikan respon negatif dan indeks bursa saham turun.
Bank Sentral Euro Area (ECB : European Central Bank) memastikan akan memperluas program Quantitative Easing (QE) dengan suku bunga acuan sangat rendah. Hal ini dilakukan untuk mengangkat inflasi yang selanjutnya diharapkan meningkatkan pertumbuhan. Kebijakan ECB ini ditanggapi negatif pasar saham Europe dan indeks saham turun.
Dalam keadaan nilai ekspor turun, Bank Sentral China (PBoC : People’s Bank of China) mengeluarkan kebijakan mengendurkan kendali devaluasi atas Renminbi (CNY) untuk memulihkan ekspor. Atas kebijakan ini, nilai tukar CNY terhadap USD turun dan demikian juga indeks bursa saham Shanghai.
Dari 3(tiga) kasus yang melibatkan bank sentral besar, ternyata kebijakan yang diterbitkan selalu ditanggapi negatif. Hal ini menunjukkan ketidakpercayaan akan kemampuan bank sentral memulihkan perekonomian.
The Fed, ECB, dan PBoC, merepresentasikan 60% GDP Global. Sebagai gambaran, pangsa GDP (Gross Domestic Product) dari masing-masing negara dan area tersebut pada Chart-1.
Chart-1 : GDP Share
Sumber Informasi : Wikipedia - List of GDP by Country
Pertumbuhan GDP diberikan pada Tabel-2.