Gejolak Akhir Oktober
Pada penghujung Oktober 2015 nilai tukar mata uang China Renminbi (CNY) tiba-tiba menguat terhadap USD, sedangkan Rupiah mengalami depresiasi (lihat grafik-1).
Grafik-1 : Nilai Tukar CNY - IDR terhadap USD
Penguatan CNY ini jika berlanjut akan menekan ekspor China dan neraca perdagangannya di tengah upaya China mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonominya pada kisaran 7%. Sebagai perbandingan pada Triwulan-III 2015 pertumbuhan triwulan pada 6,9%. Sedangkan bagi Rupiah (IDR), apakah penurunan nilai merupakan indikasi koreksi setelah pada awal Oktober 2015 mengalami penguatan hingga 8%.
Nilai Tukar dan Intervensi
Saat China melakukan devaluasi CNY pada 11 Agustus 2015 pada kisaran 2,3%, hal tersebut dianggap sebagai bagian China ikut dalam Currency Wars dan menjaga "competitivenss" produknya. Langkah devaluasi tersebut sebagai tahapan melepas CNY menuju "full floating" sesuai prasyarat IMF menerima CNY sebagai "standard reserve currency" selain Pound Sterling (GBP), Euro, JPY, dan USD.
Upaya menahan laju penguatan CNY tersebut ternyata sangat menguras cadangan assets China dan dapat dilihat pada trend cadangan Bank Sentral juga pada aset yang disimpan dalam bentuk US Treasury Notes.
Grafik-2 : Aset China dalam bentuk US Treasury Notes
Sumber Informasi : US Treasury - Major Holders Treasury Securities
Selama 2015 (hingga Agustus), melalui Investment Agent, aset China berkurang USD 244 miliar sementara yang dimiliki langsung bertambah (USD 1.271 - 1.239) miliar atau USD 32 miliar; sehingga secara keseluruhan berkurang USD 211 miliar.
Grafik-3 : China Foreign Reserve Currency