Ekonomi sebagai Penggerak
Pemahaman Nation Economic Building (Tatanan Perekonomian Bangsa) dapat dimaknai sebagai membangun identitas dan karakter perekonomian bangsa yang tertata, terstruktur dan terencana berdasarkan prinsip ekonomi yang berlaku serta selaras dengan tatanan ideologi, politik, sosial, budaya masyarakat demi membangun ketahanan dan keunggulan dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kondisi resesi ekonomi menuju pemulihan (recovery), Presiden Jokowi menyampaikan pesan tentang transformasi ekonomi secara fundamental (mendasar). Termaktub dalam pesan tersebut, bahwa saat menjalani langkah-langkah transformasi, akan terasa pahit dan menyakitkan serta butuh kerja keras. Pergeseran akan terjadi pada upaya pertumbuhan perekonomian untuk tidak hanya mengandalkan konsumsi sebagai penggerak utama, tetapi pada investasi membangun infrastruktur dan menciptakan ketahanan pangan. Pula, mampu menciptakan keunggulan (comparative advantage), juga melakukan inovasi dalam produk dan proses agar unggul dan bersaing.
Tidak ada menu atau resep yang dapat memastikan langkah transformasi yang dilakukan pemerintah akan mencapai sasaran karena kondisi dan tantangan setiap bangsa (nation) KHAS dan UNIK. Tetapi memanfaatkan pembelajaran (Lesson Learned) dari negeri lain dapat memberikan wawasan walaupun tetap harus mampu melihat kekayaan pemikiran serta pengalaman terdahulu.
Artikel ini berbentuk serial membahas Transformasi Ekonomi dalam bingkai Produk Domestik Bruto (PDB).
Syarat Perlu Transformasi Ekonomi
Sejalan dengan transformasi perekonomian menuju Nation Economic Building, syarat perlu bagi para pelaku termasuk masyarakat individu ataupun kelompok sosial, dunia usaha bersama pemerintah dan segenap stake holder perekonomian bangsa adalah :
1. Membangun Attitude (Sikap), Behaviour (Perilaku), Character (Karakter) sebagai basis dalam melakukan dan mengupayakan kegiatan ekonomi demi pengharapan yang rasional. Sikap sebagai pelaku ekonomi tidak hanya maksimalisasi manfaat bagi diri sendiri tetapi memperhatikan dampak secara agregasi. Dalam perilaku, adil dan jujur (fair & honest) akan menjadi dasar dalam interaksi karena perekonomian yang dibangun berdasarkan rasa saling percaya (trust) akan langgeng. Karakter pelaku ekonomi sebagai individu ataupun kelompok selayaknya berlandaskan pada tatatan moral dan etika yang universal berlaku. Juga perlu diperkaya dengan budaya lokal yang pantang menyerah serta melihat peluang sebagai tantangan dengan sikap positif bukan sekedar mendapatkan peluang dengan cara pragmatis atau memanfaatkan unsur KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme.
2. Memanfaatkan Prinsip Ekonomi yang berlaku universal dan global serta kekayaan pemikiran dan wawasan lokal yang diaplikasikan secara tertib, disiplin dan konsisten. Dalam dunia yang laju berkembang banyak perubahan dan bentuk baru dalam kegiatan ekonomi yang dapat memberi manfaat untuk pertumbuhan. Tetapi tindakan, langkah, dan kebijakan yang diambil tetap harus berdasarkan Prinsip Ekonomi yang sudah teruji. Banyak pendapat atau usulan seringkali hanya berdasarkan pengalaman dalam suatu kegiatan usaha tanpa dukungan prinsip ekonomi dan tanpa kajian atau pertimbangan akan dampak serta kelanggengannya.Pertimbangan dan penentuan “key person” yang bertanggung jawab dalam bidang perekonomian dengan hanya mengandalkan pengalaman atau pencapaian dalam bisnis selayaknya dihindari jika tidak memiliki pengetahuan dan pengertian serta pemahaman perekonomian untuk skala bangsa.
3. Mengembangkan secara berkelanjutan prinsip-prinsip :
3.1. Pengutamaan Kerjasama, Kemitraan dan Koperasi (Partnership) sebagai yang utama dalam semangat kerjasama bukan sendiri-sendiri atau parsial tetapi terintegrasi dan terkoordinasi;