Lihat ke Halaman Asli

Adil dan Botar (Part 1: Hoan Itutu'u)

Diperbarui: 8 Juni 2023   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Tahun 1890-an, Adil dan keluarganya tinggal di sebuah desa terpencil. Keberadaan desa terletak di Lembah Modole. Namun nama desa tersebut belum atau tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Sebab desa tersebut sangat terpencil dan belum memeluk agama apapun atau masih menganut kepercayaan yang disebut dengan animisme dan dinamisme.

Kala itu, masyarakat hidup rukun dan damai walaupun belum mengenal zaman modern.

Adil dikenal masyarakat setempat sebagai sosok yang mampu melihat masa depan melalui telapak tangannya. Sebab di desa tersebut, tak jauh dari pemukiman mereka, atau di seberang Sungai Wailamo, ada salah satu tempat yang dipercayai memiliki kekuatan gaib.

Terutama Adil, karena tempat itu sebagai tempat pertapaan Adil dalam meminta dan menerima kekuatan gaib selama bertahun-tahun. Salah satunya yaitu bisa melihat masa depan ketika selesai dari pertapaan tersebut.

Tempat itu adalah sebuah Goa Batu. Di atas Goa tersebut tidak ada tumbuhan yang bisa hidup, bahkan rumput sekalipun.

Suatu ketika, Adil berkunjung atau bertapa di Goa tersebut. Setelah bertapa dua tahun dan selesai dari pertapaannya itu, Adil kembali ke kampungnya dan menjalani kehidupan seperti biasa dengan masyarakat setempat.

Karena desa atau kelompok masyarakat terpencil sehingga mereka belum mengenal uang. Yang mereka kenal adalah sistem barter.

Jadi, hasil kebun biasanya ditukar dengan hasil tangkapan ikan, atau hasil berburu di hutan dan meramu sagu untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau masyarakat sehari-hari.

Selain itu, kebiasaan masyarakat setempat setiap pertengahan tahun dilaksanakan sebuah upacara atau masyarakat setempat menyebut dengan syukuran Padi Baru (padi ladang).

Padi Baru adalah sebuah acara perayaan syukuran hasil panen padi ladang. Sebelum hasilnya dinikmati dalam keluarga, hasil panen pertama dilakukan dengan syukuran atau makan bersama di sebuah Rumah Adat yang dalam bahasa setempat disebut dengan Halu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline