Kekhawatiran orangtua saat anaknya pacaran, bukan anaknya mulai mengenal atau mulai pacaran. Lalu, apa yang dikhawatirkan?
Sebenarnya, orangtua mengkhwatirkan adalah anaknya "hamil diluar nikah." Apalagi, ketika anaknya "hamil di luar nikah dan pria tersebut tidak menikahinya atau tidak bertanggungjawab."
Karena, sesungguhnya semua orang akan melewati masa-masa pacaran. Dan itu tidak dapat dihindari sebab seorang anak perempuan akan mengenal lelaki begitu juga sebaliknya.
Jadi, harusnya bagaimana sebagai orangtua dalam mendidik anak baik itu anak laki-laki atau perempuan sebelum mengenal lawan jenis? Apakah membiarkan anak bebas berpacaran? Atau melarangnya?
Melarang anak berpacaran itu baik. Tetapi, memberikan edukasi lebih baik. Artinya, memberikan pemahaman tujuan dari pacaran sebab dengan edukasi semacam itu anak dapat memahami tujuan dari pacaran.
Kalau, orangtua pendidikannya "tidak sekolah sama sekali" bagaimana?
Sebenarnya, berpacaran atau belum itu tergantung pada anak. Sebab, banyak kejadian seperti hamil diluar nikah bukan saja dialami oleh anak yang tingkat pendidikan orangtuanya rendah.
"Namun ada juga dan banyak kejadian dialami oleh anak yang hamil diluar nikah pendidikan orangtua cukup, bahkan ada pula orangtuanya sarjana.'
Setiap orangtua, pasti memberikan atau melarang anak untuk pacaran dini atau belum waktunya berpacaran. Entah itu edukasi sederhana maupun pemahaman yang lebih kompleks pada anak.
Tetapi, semua edukasi yang diberikan orangtua yang memutuskan untuk pacaran adalah anak. Semakin melarang anak berbacaran, anak semakin penasaran seperti apa berpacaran itu.
Memberikan "kebebasan anak berbacaran" dan giat memberikan edukasi tujuan dari berpacaran kepada anak, anak akan lebih hati-hati dalam memilih pasangan (pacar) serta menjalaninya.