Memang ada yang unik didalam persiapan pilkada DKI. Sang petahana seolah di kroyok oleh beberapa lawan politiknya. Guna mengikis secara perlahan dukungan publik kepadanya agar tidak lagi menjadi calon dominan yang seolah tak terkalahkan.
Sejak dilantik tahun lalu oleh Presiden Jokowi secara resmi menjadi Gubernur DKI. Mulai saat itulah lawan-lawan politik terus menghantam sang Gubernur petahana ini.
Apalagi sejak beliau menyatakan mundur dari partai politik, maka serangan-serangan bertubi-tubi demi menurunkan pamor Ahok. Hampir setiap minggu akan kita temukan.
Buktinya, dpt dilihat pada pemberitaan diberbagai media yang sangat getol membahas tentang Ahok ini. Baik itu media yang sering memberitakan positif maupun media yang selalu memberitakan hal-hal negative. Termasuk para penulis artikel di medsos yang pro maupun yang kontra terhadapnya.
Saat awal memimpin saja, Ahok sudah di hajar dengan RAPBD DKI. Seolah menjadi barang mainan dan di buat kesan jika APBD tidak disetujui DPRD, maka segala aktifitas Gubernur akan tertunda alias mandek. Jika tertunda maka skenario selanjutnya, tuduhkan penyebabnya adalah Ahok karena tak mau menyetujui kemauan legislatif. Bahkan ancaman untuk menurunkan itu nyata, dengan dibuatnya pansus oleh DPRD.
Tetapi tekanan mengenai APBD ini akhirnya bisa mencair setelah kemendagri menyetujui andaikata jika RAPBD tak ada kata sepakat maka APBD tahun sebelumnya dapat di jadikan acuan.
Setelah masalah APBD selesai, muncul lagi masalah sumberwaras yang tak hentinya. Kali ini lawan Ahok bukan hanya DPRD. Tapi seolah kompak bahwa mereka-mereka yang selama ini memendam ketidak sukaan pada Ahok pada bermunculan.
Lawan yang tadi masih malu-malu untuk menghajar Ahok, sekarang terang-terangan mengeluarkan kata-kata komentar yang seolah santunnya lebih dari Ahok. Sampai-sampai saking santunya tak sadar antara caci-maki dan berkata nyiyirpun sudah sulit dibedakan. Komentar berlanjut terus seolah tanpa malu berteriak Ahok harus jaga mulutnya tidak santun, mulut comberan dan sebagainya.???
Munculnya secara kompak, politisi calon gubernur, politisi parpol yg tak suka Ahok, para aktifis, dan berbagai para pembenci Ahok. Seolah mempunyai kekuatan sendiri untuk bisa menekan Ahok Lagi. Maka semakin kelihatan nyatalah, bahwa tujuannya adalah agar Ahok harus di jegal untuk maju kembali menjadi calgub 2017.
Sampai-sampai sepertinya institusi BPK dan KPK dilibat-libatkan hanya sekadar memenuhi lobby-lobby jaringan kelompoknya. Akibatnya nama-nama seperti Ketua BPK dan Komisiner KPU Saut S seolah ikut diseret-seret dalam cerita ini.
Tapi namanya kebenaran didalam lembaga tetaplah kebenaran, tentu tak bisa dibelokkan, hanya sekadar memenuhi ambisi beberapa gelintir oknumnya yang seolah ikutan tak menyukai Ahok.