Untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Rutan (Rumah Tahanan Negara) Jogja. Kunjungan saya kali ini atas keinginan saya yang ingin menemui teman yang sudah lama tak saya temui. Di sini saya tidak akan bercerita mengenai teman saya yang terjerat sanksi hukum, semua pasti berpeluang membuat kesalahan bukan? Karena baru pertama kali, jadi banyak hal yang baru saya ketahui ketika berkunjung ke Rutan. Siapa tahu apa yang saya ceritakan di sini dapat membantu Anda yang akan pergi ke Rutan Jogja untuk pertama kalinya. Teman saya berkata jika mau datang menjenguk, datang saja antara pukul 09.00-12.00 wib dan sebutin saja namanya pada petugas yang ada di depan. Sebelum jam 9 pagi saya sudah tiba di Rutan tersebut. Bersama dengan teman saya, saya menunggu sambil duduk disatu-satunya bangku panjang yang hanya muat untuk tiga orang dewasa. Ketika jam menunjukkan pukul 9 pagi, orang-orang mulai berdatangan, ada yang membawa makanan juga (yang saya perhatikan, umumnya membawa indomie instan). Ternyata jika ingin menjenguk, harus membawa surat ijin dari instansi yang menahan. Surat tersebut berwarna pink dan berisikan data orang menjenguk serta orang yang akan dijenguk. Untung saja, kami bertemu dengan seseorang yang juga akan menjenguk orang yang sama. Dan dia membawa surat ijin tersebut. Akhirnya kami bertiga menggunakan satu surat pengantar. Saya membaca dipapan depan Rutan yang bertuliskan jam berkunjung antara pukul 08.30-12.30 wib. Tapi tunggu punya tunggu, jam 10.00 kami baru bisa menjenguk teman tersebut... Sungguh pekerjaan yang membosankan adalah menunggu. Orang yang menjenguk dipanggil sesuai dengan urutan surat ijin yang kita berikan di pos depan Rutan. Tapi nunggunya lama minta ampun! Mulai jam 10 pagi orang-orang baru mulai dipanggil untuk masuk menjenguk. Saya jadi heran, apa petugas Rutan tidak membaca papan di depan Rutan tempat mereka bekerja? Jam kunjungan antara pukul 08.30-12.30 wib. Namun prakteknya jam berkunjung dimulai pukul 10.00 wib. Sekarang jam karet juga berlaku di Rutan. :( Setelah masuk, kita disuruh menaruh semua tas, handphone, jaket, ke dalam loker yang telah disediakan. Kecuali barang-barang yang mau diberikan kepada teman kita, seperti baju, makanan, dsbnya diberikan kepada petugas untuk diperiksa. Kami diberikan kartu sebagai tanda masuk. Kemudian akhirnya kejadian juga apa yang kami tunggu-tunggu selama ini. huh..huh.. ya bertemu dengan teman saya itu. Dalam bayangan saya, tempat berkunjung tahanan seperti yang ada di film-film Barat maupun Indonesia. Sebuah ruangan khusus yang tediri dari meja dan kursi, dipintu masuk dijaga oleh seorang petugas keamanan. Namun weleh..weleh.. kami malah dipersilahkan untuk masuk ke sebuah kantor petugas (entah kantor apa, saya tidak terlalu memperhatikan lagi, mungkin karena saking senangnya mau ketemu teman). Di dalam kantor tersebut terdapat beberapa petugas yang sedang asyik duduk di meja kerjanya. Ada yang lagi asyik ngetik-ngetik, ada yang lagi ngobrol. Jadi kami dipersilahkan untuk duduk menunggu tahanan di kursi-kursi yang disediakan dipinggir sisi ruangan tersebut. Bayangkan jika Anda menjenguk keluarga Anda, dan lagi menumpahkan rasa rindu dan sedih disebuah ruangan kantor yang dipenuhi dengan aktivitas para petugas, dan lebih enaknya lagi kita menjadi tontonan mereka? Saya tidak tahu apakah ada standar sebuah Rutan. Saya juga tidak tahu ideal sebuah Rutan seperti apa. Saya hanya ingin share apa yang saya lihat, apa yang saya rasakan, apa yang saya pikirkan. Mungkin Anda ada yang tahu jawabannya? Atau ada yang mau berbagi pengalaman di Rutan? Semoga bermanfaat... Salam Kompasiana...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H