Lihat ke Halaman Asli

Sabarniaty Saragih

Ibu rumah tangga dengan tiga anak

Air dan Pemimpin

Diperbarui: 5 Oktober 2020   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi


Keluarga kami baru saja pindah ke desa ini. Tidak susah bagiku untuk menyesuaikan diri karena ini desa kelahiranku dan suami, tempat kami dibesarkan.

Namun tidak bagi ketiga anak kami. Lingkungan baru, sekolah baru, kebiasaan baru, dan segala keterbatasan yang ada di desa ini terkadang membuat mereka protes. "Mamaaaaa...ke siniiiiii", teriaknya dari kamar mandi.

"Ada apa?" kataku setelah berlari terburu-buru dari teras. Takut terjadi sesuatu dengannya.

"Mama menyuruh kami mandi pakai air got?" katanya lembut sambil melirik ke dalam ember.

"Itu bukan air got, itu air PAM," jawabku.

"Kenapa airnya keruh?" tanyanya.

"Karena habis hujan," jawabku singkat.

"Di sini setiap hari hujan, berarti setiap hari kita mandi pakai air seperti ini?" tanyanya lagi. Benar juga yang dia katakan, kalau aku beri alasan hujan berarti setiap hari air akan seperti itu selama musim hujan.

"Kemaren air PAM mati jadi kita terpaksa pakai air hujan. Sekarang sudah hidup tapi kotor," katanya meneruskan.

"Buka saja kerannya, hidupkan terus sampai air kotornya hilang," balasku santai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline