Lihat ke Halaman Asli

Matahari Terbit di Pelataran Kehidupan

Diperbarui: 4 Juli 2024   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Fajar di Desa Angin segar, bertemu denganmu adalah awal dari babak baru yang penuh cinta dan perjuangan dalam hidup." 

Desa Angin segar adalah desa yang dikelilingi oleh perbukitan hijau dan ladang yang subur. Setiap pagi, matahari terbit di balik bukit, membawa cahaya keemasan yang menghangatkan desa. Di desa inilah, seorang gadis cantik bernama Intan tinggal bersama orang tuanya, Pak Darma dan Bu Ratih.

Pak Darma adalah seorang petani yang rajin, yang setiap hari merawat ladangnya dengan penuh cinta. Bu Ratih, istri yang setia dan ibu yang penuh kasih sayang, selalu mendukung keluarganya dengan tangan terampilnya mengurus rumah dan membantu di ladang. Kehidupan mereka sederhana, tetapi penuh kebahagiaan dan sukacita.

Intan adalah anak satu-satunya. Sejak kecil, ia selalu bercita-cita menjadi dokter. Ia sering membaca buku-buku medis yang dipinjam dari perpustakaan desa, dan impiannya adalah untuk suatu hari nanti dapat membantu masyarakat desa dengan pengetahuan yang dimilikinya. Namun, untuk mencapai impian itu, diperlukan perjuangan yang sangat besar.

Pagi itu, seperti biasa, Intan bangun lebih awal untuk membantu orang tuanya di ladang. Sambil memetik sayuran, Intan menceritakan kepada ayahnya tentang mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke kota. Pak Darma mendengarkan dengan seksama, meskipun hatinya sedikit berat karena mereka tahu betapa sulitnya membiayai pendidikan tinggi.

"Intan, Ayah dan Ibu akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan impianmu," kata Pak Darma sambil tersenyum lembut. "Kamu adalah harapan kami."

Intan tersenyum bahagia mendengar dukungan dari ayahnya. Ia tahu bahwa perjuangannya tidak akan mudah, tetapi dengan dukungan keluarganya, ia yakin bisa meraih mimpinya.

Hari itu, saat Intan sedang berjalan di jalan setapak menuju ladang, ia bertemu dengan seorang pemuda tampan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Pemuda itu terlihat berbeda dari penduduk desa lainnya. Pakaian dan caranya berjalan memperlihatkan dan  menunjukkan bahwa dia bukan dari desa tersebut.

Pemuda itu adalah Hengki, seorang pria tampan dan kaya raya dari kota. Hengki datang ke desa untuk mencari ketenangan dan menghabiskan waktu bersama pamannya, Pak Rendi, yang memiliki beberapa ladang di desa tersebut. Dia ingin melarikan diri sejenak dari kehidupan kota yang sibuk dan menenangkan pikirannya di desa yang tenang ini.

Intan dan Hengki berpapasan di jalan setapak yang sempit. Ketika mereka beradu pandang, ada sesuatu dalam tatapan mereka yang membuat jantung Intan berdebar. Hengki tersenyum dan menyapa Intan dengan ramah.

"Selamat pagi, Nona. Apakah kamu tinggal di desa ini?" tanya Hengki dengan suara lembut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline