Tak ada yang aneh saat Puan Maharani begitu dekat dengan Fatayat NU. Tak juga aneh saat Fatayat NU menerima Puan Maharani sebagai warga kehormatan dalam rapat kerja nasional (Rakernas) Fatayat NU 2017, di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (4/5).
Setidak-tidaknya ada beberapa alasan. Pertama,Puan Maharani adalah pejabat negara yang menduduki posisi kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Tugas cucu presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, ini memiliki tanggung jawab untuk berkonsentrasi pada segala upaya peningkatan atau pemberdayaan manusia Indonesia. Maka, sebagai pejabat negara, juga yang punya urusan dengan pembangunan manusia dan kebudayaan, Puan tidak salah menghadiri organisasi apapun yang memiliki kepedulian untuk itu. Terlebih lagi dia datang dengan sebuah undangan tertentu.
Kedua,Fatayat NU, kita tahu, adalah kumpulan kaum perempuan yang usianya sekitar 25-40 tahun. Fatayat adalah organisasi perempuan. Peran penting dan strategisnya adalah untuk membangun peradaban luhur suatu bangsa ke depan. Membangun peradaban adalah berarti juga membangun -- salah satunya -- manusianya. Peradaban bisa tumbuh besar apabila pembangunan manusianya diperhatikan secara betul-betul. Pembinaan pendidikan pada manusia Indonesia adalah langkah penting untuk bisa meningkatkan kemajuan peradaban manusia Indonesia.
Puan Maharani sangat mengapresiasi atas langkah organisasi apapun yang memiliki ikhtiar untuk meningkatkan kemajuan manusia Indonesia. Fatayat NU, misalnya, yang memberikan perhatian besar atas kokohnya peradaban bangsa ini, adalah salah satu contohnya. Puan, dengan menghadiri acara ini, adalah sebuah bentuk apresiasi atas gerakan yang dilakukan oleh Fatayat NU ini. Kehadiran Puan Maharani adalah sebentuk afirmasi dan dukungan atas gerakan yang dilakukan oleh organisasi ini.
Fatayat NU mengambil peranan utamanya dalam meningkatkan posisi perempuan. Kultur yang dibangun adalah bagaimana posisi perempuan kian mantap dan peranan juga kontribusi kian dirasakan oleh bangsa ini. Fatayat NU adalah bagian dari NU. Sehingga basis dari gerakan ini adalah keagamaan. Sebagaimana NU, Fatayat NU memiliki ikhtiar untuk menguatkan dan mengampanyekan isu-isu keislaman yang rahmatan lil 'alamin, islam yang ramah, islam yang penuh toleransi, dan terutama wajah islam yang bersahabat di tengah kondisi kebhinnekaan.
Karena alasan inilah, Puan Maharani sangat antusias dalam menghadiri acara ini. Dia berharap Fatayat NU terus bisa bertahan dan istiqomah dalam mengawal kebaikan-kebaikan bangsa ini. Fatayat NU maupun NU diharapkan menjadi agen kebudayaan yang berusaha menguatkan masyarakat di dalam bangsa ini dengan nilai-nilai keagamaan yang sesuai dengan keindonesiaan, tidak memecah kehidupan yang harmonis antara agama satu dengan lainnya. Fatayat NU juga NU diharapkan oleh bangsa ini untuk membentengi diri dari pengaruh gerakan-gerakan radikal yang menghambat proses-proses penguatan toleransi di dalam bangsa ini.
Karena alasan-alasan yang begitu mulia itu, Puan begitu bahagia menghadiri acara rakernas Fatayat NU ini. Dia -- didampingi Ketua Umum PBNU, Ketua Umum Fatayat NU, dan Gubernur Kalimantan Tengah -- bersedia memukul gong pembukaan rakernas. Pada kesempatan itu juga, Menko PMK menyerahkan bantuan berupa 200 paket pendidikan dan alquran senilai Rp 65 juta.
Puan adalah tamu kehormatan. Dan Fatayat NU, ia harapkan sebagai lambang dan gerakan harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H