Lihat ke Halaman Asli

Tak Apalah Puan Marah, Ini Buku 'Perusak' Moral

Diperbarui: 23 Februari 2017   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CNN Indonesia

Bayangkan anak anda tiba-tiba disuguhi buku konten masturbasi. Masa depan seperti apa yang ingin dibangun oleh buku memalukan ini.

Jelas, Puan marah dengan buku ‘Aku Berani Tidur Sendiri’. Tak perlu ditanya alasannya. Publik yang bernurani sangat paham bahwa buku ini tidak menawarkan apa-apa selain kehancuran bagi masa depan anak bangsa.

Untung Puan mengambil langkah cepat. Dia langsung memerintahkan untuk melakukan investigasi soal ini. “Ya, itu sedang saya minta untuk diinvestigasi, apakah ini kesengajaan atau ketidaksengajaan” tegas Puan (detikcom, 21/2/2017).

Ini tidak main-main. Ini menyangkut anak bangsa. Pembikin buku ini harus mendapatkan efek jera. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Puan benar. Dia harus diproses secara hukum. “Saya minta untuk diproses selanjutnya. Nanti, kalau memang perlu, ya diproses ke hukum," lanjut Puan (news.detik.com, 21/2/2017).

Reaksi cepat dan keras dari Puan Maharani, selaku menteri koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, merupakan tindakan yang patut kita acungi ‘jempol’. Hal seperti ini tidak boleh bombastis di masyarakat. Indonesia ini adalah negara yang menjunjung tinggi kebudayaan yang berdasarkan nilai-nilai moral. Nilai moral itu bersumber dari ajaran-ajaran agama. Buku ini jelas menyimpang dari harapan budaya kita.

Kehebohan buku itu mencederai ikhtiar pendidikan kita yang menekankan pada pendidikan moralitas. Pendidikan sebagai penguatan moralitas merupakan intisari dari pendidikan. Kecerdasan (intelektualitas) adalah nomor sekian. Begitulah pendidikan para guru.

Anak kecil itu memiliki ingatan yang kuat. Jika buku ini menyasar anak kecil, mungkin pelajaran seperti ini akan mengendap kuat dalam ingatannya. Apa yang bisa dibayangkan dari masa depan anak-anak yang memiliki gambaran masa depan seperti dibayangkan pemilik buku memalukan ini.

Kemarahan Puan tentu saja mewakili kemarahan publik yang ‘waras’ (sehat) akal tentang pendidikan. Kemarahan Puan adalah tanda kepedulian yang tinggi atas pendidikan. Kalau Puan saja marah dan tergerak untuk segera mengantisipasi masalah ini, sebaiknya kita (publik) juga turut mengatasi soal ini. Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengatasi soal ini jangan sampai menyebar kemana-mana.

Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Puan sudah memberi himbauan untuk mengantisipasi hal ini agar tidak terulang kembali, termasuk melakukan investigasi. Kepada publik yang mengetahui informasi ini, jangan diam saja, ini tanggung jawab bersama.

"Pemerintah daerah, kemudian dari dinas dan masyarakat, untuk segera melaporkan kalau ada hal-hal seperti itu. Yang pasti, apa namanya, kalau itu dilakukan secara sengaja, saya minta untuk bisa dilaporkan ke polisi untuk diproses secara hukum," ucap Puan (news.detik.com, 21/2/2017).

Kita katakan buku itu buku pengrusak moral.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline