Lihat ke Halaman Asli

Membelenggu Nafsu untuk Berkorupsi dengan Pengamalan Prinsip Keagamaan dalam Berpolitik

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bismillahirrahmanirrahiem.....

Korupsi, tentu kata itu sudah sangat sering lalu lalang di telinga kita. Mampu menjadi satu judul lagu yang bakal laris manis di pasaran kacang rebus kalau diupload ke youtube. Kata ini bahkan hampir menjadi kata wajib bagi para petinggi di Negara kita Indonesia. Berita mengenai KORUPSI kian menjamur dari berbagai sektor pemerintahan. Tidak peduli itu di kementerian, pejabat DPR, maupun yang bekerja dalam penegakan keadilan yaitu kejaksaan, aparat kepolisian dan masih banyak lagi yang lain, korupsi telah menjadi makanan pokok pengganti nasi di era modern ini.

Prestasi Negara kita di bidang perkorupsian semakin hari semakin meningkat saja. Menurut data yang saya dapatkan mengenai perkembangan korupsi Indonesia, khususnya periode 2008-2010. Daridata “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) – Hongkong dan Transfarency Internasional – Jerman, ternyata Indonesia merupakan  negara paling korup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis. Pencapaian yang sangat luar biasa bagi Indonesia mampu mengalahkan Kamboja, Vietnam dan Filipina yang secara terurut berada di bawah Indonesia tingkat korupsinya. Mungkin acungan sepuluh jempol cukup untuk mengapresiasi prestasi ini #Keprok-Keprok heppi bakal dapat piala nie

Korupsi yang menjadi-jadi ini menyebabkan kekacauan diberbagai bidang. Kian meningkatnya tingkat kemiskinan, menjamurnya pengangguran, kejahatan semakin merajai di mana-mana. Yah, salah satu penyebab utamanya adalah korupsi itu tadi. Jadi, dengan menghapus korupsi maka kita dapat mengahapus satu-persatu masalah tersebut. Salah satu tindakan untuk pemberantasan korupsi adalah dengan terbentuknya KPK di Indonesia yang diprakarsai oleh Pak SBY presiden kita.

Kasus-kasus korupsi di Indonesia kian menjamur, yang dari dahulu kala ampe sekarang belom selesai urusannya yahh si Om Nazar dan berhasil membongkar persekongkolan CS-annya dalam melakukan perbuatan mulia yaitu Korupsi. Sekarang yang sedang hangat-hangatnya Fresh from the Oven hehehehe buah dari kasusnya Om Nazar ada kaka Angelina Sondakh (bener gak nie tulisan Sondakh nyaaa, maap yee) ada yang asyik di nie kasus soal BB kaka gak ngaku punya BB tapi ada foto yg nunjukin kalo kaka lgi megang BB, Ibu Nunun Nurbaeti sempet bilang Amnesia wahhh Ibu kayak sinetron yang di tipi ajahh pake acara Amnesia, terus Ibu neneng juga yang baru berhasil diketemukan di tumpukan jerami wkwkwkw wahh ternyata suami istri ini kompakan yahh berkecimpung di dunia perkorupsian kayak Om Bradd Pitt ama Tante Angelina Jolie gitu yg kompakan maen filemm, Om Anas juga ikut-ikut an nieeee kayaknya terlibat dugaan KORUPSI sekarang bener-bener ngeTrend banget. Ada yang paling aktual mengenai Korupsi di Kementrian Keagamaan, MasyaALLAH mengenai AL-Qur’an lagi kasusnya, HUFTZZZZZZZ

Adanya KPK komisi pemberantasan korupsi di Indonesia sebenarnya menjadi secercah harapan bagi kita untuk melihat Indonesia dapat terbebas dari korupsi. Namun keterbatasan tim KPK menjadi aral yang sulit untuk mewujudkan tujuan terbentuknya KPK ini. Keterbatasan KPK tidak hanya pada anggota KPK yang berjumlah sekitar 70 orang saja, tapi banyak lagi yang lain. Contohnya saja, KPK kadang masih getar-getir kalau harus menyelidiki kasus petinggi yang sangat berpengaruh di Indonesia. Mereka masih maju mundur untuk menangani kasus seperti ini. Karena tidak ada keamanan yang pasti bagi mereka dan keluarga dalam menangani kasus korupsi. Kasus Pak Antasari Azhar merupakan kasus yang bermuatan kisruh poolitik yang diselimuti kisah cinta segitiga hasil karangan si sutradara. Pak Antasaripun sekarang berada dibalik jeruju besi, kalau para koruptor dapat dengan bebas memnita izin keluar sedangkan Pak Antasari harus melalui perizinan yang sangat rumit untuk dapat menghadiri pernikahan anaknya.

Selain itu keberadaan KPK bagi sebagian orang malah menjadi momok terbesar yang harus dihindari. Yah, hal itu bagi para petinggi Negara yang merasa bersalah telah melakukan korupsi dan takut ketahuan. Makanya, sekarang ini sedang hangat bergulir isu untuk pembubaran KPK. Contohnya saja, Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Benny K Harman merasa bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai teroris bagi anggota DPR. Menurut dia, akibat sikap KPK, anggota dewan tidak tenang dalam menjalankan tugas. Ada juga anggota DPR dari fraksi partai PKS yang bersuara dengan lantangnya ingin membubarkan KPK. Lucu memang, orang menjalankan tugas memberantas korupsi malah ditahan-tahan. KPK pun tidak tinggal diam menanggapi hal ini, Menurut Busyro, KPK tidak pernah menciptakan pemeriksaan untuk membuat gaduh. Terkait tudingan bahwa KPK mempolitisasi kasus, Busyro menjawab, "Ada baiknya dijelaskan apa maksud politisasi. Ngga ada keuntungan bagi kami. Kami bekerja dalam ranah hukum, bukan politik". Omongan itu sudah lama berlalu yah sekitar setahun lebih lah mengenai keinginan beberapa orang untuk membubarkan KPK ini.

Hebatnya mereka yang nyata-nyata menjadi koruptor ini, saat sudah menjadi tahanan mereka masih bisa saja berleha-leha di luar bui yang mengekang semua penjahat. Ada yang izin untuk check-up ke dokter lah, menengok istri yang sakitlah, ke Bali lah nonton pertandingan tenis, atau jalan-jalan ke luar negeri sebagai tindakan merefreshingkan diri sejenak dari kegiatan di bui. Padahal jika kita lihat di kasus lain yang bahkan jauh lebih ringan, mereka malah lebih tersiksa kehidupannya di bui sana. Ada kasus pencurian satu biji buah cacao oleh nenek-nenek, ada juga oleh kakek yang mencuri satu sisir pisang. Mereka hampir saja dihukum beberapa tahun penjara, dengan kasus yang sekecil itu. Betapa hebatnya hokum dan keadilan Negara kita ini, orang kecil makin kecil tertindas, dan orang besar makin besar perutnya karena buncit memakan uang rakyat.

Memang sangat sulit untuk memberantas korupsi dari muka bumi Indonesia ini. Mau tidak mau harus kembali pada diri sendiri, itulah yang paling tepat. Jika kita mau bermurah hati dimulai dari sendiri dengan mencanangkan prinsip keagamaan pada semua aspek pembelajaran, maka akan mampu menumbuhkan rasa takut untuk berbuat salah, rasa ingin melakukan sesuatu dengan cara yang benar dan hallal akhirnya dapat membantu tumbuh kembang pada jalur yang benar. Sebenarnya prinsip ini haruslah dimulai sejak dini. Jika dari kecil seseorang itu dididik untuk melakukan sesuatu dengan benar, dan cara yang benar untuk tujuan yang benar niscaya iya akan tumbuh menjadi sosok pemimpin yang mampu memimpin dengan benar. Kalaulah tidak dapat memimpin orang, diterapkan untuk memimpin dirinya sendiripun tidak ada salahnya.

Prinsip keagamaan ini bersifat universal, karena semua agama di dunia mengajarkan untuk berbuat benar.Sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengikutinya, Karena prinsip ini disesuaikan dengan agama masing-masing yang kita anut. Secara sistematisnya, prinsip keagamaan ditanamkan dari sejak dini. Dari anak di play group hingga Ia menginjak perguruan tinggi ataupun bahkan ketika Ia sudah bekerjapun diberikan konselling mengenai keagamaan ini. Hal tersebut merupakan kegiatan maintance sisi kejiwaan seseorang dalam membentuk jiwa yang bersih.

Dimulai dari dalam diri kita sendiri yang diperbaiki, maka akan memuluskan jalan kita dalam melakukan kegiatan apapun. Saat diri kita sudah bersih dari keinginan untuk melakukan hal-hal jahat, keserakahanpun akan lenyap dari diri kita. Sehingga program ini sebenarnya adalah perbaikan dari sisi psikologis sesorang dalam berperilaku dikehidupan sehari-harinya. Dengan begitu tingkat kemiskinan, yang menjamur itu,pengangguran dan, kejahatan semakin merajai di mana-mana akan dapat tertanggulangi jika dari diri sendiri sudah menjadi sosok yang baik. Tidak ada salahnya hal ini untuk dicoba, karena agama adalah tiang dari segalanya yang ada di dunia ini. Dan agama juga lah yang menjadi jembatan kita untuk di akhirat nanti.

masih belajar buat nulis yang bagus, jadi mohon maap kalo masih agak "aneh" cara nulisnya,,,hhehheee

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline