Lihat ke Halaman Asli

Cita-cita dan Usaha

Diperbarui: 7 September 2015   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Perkenalkan nama saya Arneta Cahyati, saya kelas sepuluh di SMAN 16 Bekasi. Di postingan kedua saya ini, saya akan menceritakan cita-cita dan usaha saya dalam mencapai cita-cita.

Waktu saya masih SD, saya bercita-cita ingin menjadi guru. Pada saat itu saya ingin menjadi guru karena ibu saya adalah seorang guru, dan waktu itu saya belum mengerti tentang arti cita-cita yang sebenarnya. Usaha saya pada waktu itu adalah belajar dengan giat, dan target saya pada saat itu adalah harus mendapat rangking 3 besar. Saat itu saya selalu belajar kelompok bersama teman-teman saya. Saya selalu semangat jika sedang belajar matematika, dan jika ulangan mendapat nilai bagus saya sangat senang.

Saat saya kelas 5 SD, saya pernah mengikuti lomba matematika disalah satu tempat les di dekat sekolah saya, saat itu yang menang akan dikirimkan keluar kota. Saya yang baru pertama kali mengikuti lomba matematika sangat tidak tahu tata cara lomba itu. Saya bersama dua teman saya mengikuti lomba itu berkelompok. Kita mengerjakan soal matematika yang diberikan. Soal matematika itu banyak yang tidak saya mengerti, karna soal itu kebanyakan soal dari SMP. Pada saat diumumkan pemenangnya, ternyata saya tidak menang. Tapi walaupun tidak juara, saya tetap berusaha supaya di lomba yang saya ikuti lainnya akan mendapatkan juara. Itu adalah pengalaman saya mengikuti lomba pertama kali.

Pada saat kelas 6 SD, saya ingin menjadi dancer, saat itu saya suka sekali mengcover dance girlband Korea dan Indonesia. Saya belajar dence bersama teman-teman melaui youube. Sampai saat itu saya dan teman-teman mempunyai basecamp tempat kita latihan dance. Tetapi cita-cita saya berubah pada saat saya memasuki SMP.

Pada saat SMP kelas tujuh, saya bercita-cita menjadi musisi, saya ingin sekali bisa bermain gitar dan piano. Tetapi saat ditanya cita-cita saya apa, saya selalu menjawab cita-cita saya menjadi guru. Kelas delapan saya mulai berpikir ingin menjadi Bendahara Perusahaan, tetapi saat itu saya juga ingin menjadi seorang manager perusahaan. Usaha saya agar bisa menjadi seorang bendahara adalah dengan belajar matematika dengan serius. Tetapi saat itu nilai matematika saya menurun dratis, saya mengakui saat itu tidak belajar dengan serius. Setelah tahu nilai matematika saya menurun, saya sadar diri dan saya putuskan tidak bercita-cita menjadi seorang Bendahara Perusahaan. Saya adalah seorang yang suka berubah pikiran, saya selalu merubah cita-cita saya jika menurut saya itu tidak sesuai dengan kepribadian saya.

Kelas Sembilan saya mendapat teman-teman yang selama kelas tujuh dan delapan belum kenal atau hanya sekedar kenal. Dikelas sembilan kita menjadi akrab dan menjadi teman baik. Oke kembali kecita-cita. Cita-cita menurut saya merupakan keinginan, harapan, dan tujuan seseorang atau impian seseorang akan masa depannya. Cita-cita semua orang pasti ingin menjadi orang yang sukses, termasuk saya. Saya ingin menjadi orang yang sukses. Kata salah satu guru saya, kita kalau bercita-cita harus melebihi pekerjaan orangtua kita. Saat itu cita-cita saya menjadi managaer, designer, dan seorang psikolog. Waktu itu saya suka sekali menggambar pakaian-pakaian yang ada diimajinasi saya. Dan saya selalu meminta ke orangtua saya untuk menyekolahkan saya kesekolah designer. Tetapi orangtua saya menyuruh saya untuk belajar dengan saudara saya saja. Dan saya ingin menjadi psikolog karena saya menyukai psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia. Saya ingat saat itu saya sering sekali searching-searching untuk mengetahui tingkah laku manusia dari gerak bola mata, gerak tangan, dan lain-lainnya.
Pada saat SMA, sebenarnya saya ingin menjadi OSIS, tetapi karena saya kurang percaya diri, jadi saya putuskan untuk belajar saja dan menghilangkan keinginan saya menjadi OSIS. Sekarang ini cita-cita saya masih bertahan menjadi psikolog dan manager. Saya meneruskan sekolah SMA untuk mencapai cita-cita saya. Ternyata alasan guru-guru dan orangtua selalu menanyai cita-cita karena cita-cita memiliki tujuan yang sangat berharga. Kalau kita tidak memiliki cita-cita, kita tidak akan tahu tujuan hidup kita. Usaha saya masih dengan belajar yang giat, dan target saya, saya harus masuk perguruan tinggi negeri di Indonesia.

Saya ingin seperti Merry Riana, yang sukses diusia muda dan selalu berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Walaupun ia sering gagal dalam bisnis, tetapi ia tidak pernah menyerah, ia selalu berusaha keras untuk menjadi apapun yang ia bisa.

Usaha saya selama ini untuk mencapai cita-cita mungkin belum maksimal. Tetapi saya selalu mencoba semampu saya untuk belajar dengan giat agar cita-cita saya tercapai. Cita-cita saya yang pasti ingin membahagiakan orangtua. Jadi usaha saya sekarang untuk membahagiakan orangtua adalah dengan membantu pekerjaan rumah agar mempermudah pekerjaan mereka.

Oke sekian cerita saya tentang cita-cita dan usaha saya dalam meraih cita-cita tersebut. Semoga para pembaca terhibur dengan postingan kedua saya ini. Dan sampai jumpa di cerita saya berikutnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline