Lihat ke Halaman Asli

ARNEST CHANIA PUTRI

Universitas Komputer Indonesia

Dilema Cinta di Pasir Kuta

Diperbarui: 23 Januari 2024   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi

Dina: 22 tahun, muda dan penuh semangat, tetapi juga menghadapi konflik cinta yang rumit.

Rizky: 23 tahun, sahabat Dina yang mungkin merasakan tekanan karena situasi tersebut.

Maya: 22 tahun, teman yang ceria dan ingin menjaga keharmonisan di antara mereka.

Adi: 24 tahun, teman yang menjadi pusat konflik cinta.

Indra: 25 tahun, sahabat bijak yang berusaha menengahi konflik. 

Bab 1: Siapa, Dimana, Masalah
 
*Senja memperlihatkan keindahan khasnya di Pantai Kuta, memantulkan warna keemasan di atas ombak yang bermain-main. Lima sahabat, Dina, Rizky, Maya, Adi, dan Indra, duduk di atas pasir putih, tengah merayakan persahabatan yang telah terjalin bertahun-tahun. Meskipun keceriaan terpancar di wajah mereka, Dina merasakan beban di dadanya, sebuah rahasia yang tengah bersembunyi di balik senyuman mereka.*
 
Dina: (sambil menatap ombak) "Semuanya terasa aneh hari ini. "
 
Rizky: " Ya, rasanya seperti ada sesuatu yang tidak beres. "
 
Maya: (menyentuh bahunya) "Kenapa, Dina? Ada masalah?"
 
Dina:(berdehem) "Sebenarnya, saya ingin berbicara tentang sesuatu yang sangat sulit bagiku."
 
Adi: (penasaran) " Apa itu, Dina? "
 
Dina:(berusaha tersenyum) " Ini tentang cinta, tentang perasaan yang mungkin akan mengubah semuanya. "
 
*(Semua mata tertuju pada Dina. Udara terasa tegang.)*
 
Indra:(berbicara dengan emosi) "Jadi, siapa orangnya, Dina?"
 
Dina:(berbicara terbata-bata) "Adi."
 
*(Semua terdiam. Rizky menatap Dina dengan mata terbelalak.)*
 
Maya: (terkejut) " Apa? Siapa? "
 
Dina: (menggigit bibir) " Adi. "
 
*(Adi terkejut, memandang Dina dengan mata penuh tanya.)*
 
Adi: (bingung) " Dina, ini sungguh-sungguh?"
 
Dina: (tersenyum pahit) "Ya, Adi. Tapi, saya tidak ingin ini merusak persahabatan kita."
 
Rizky:(dengan nada marah) "Mengapa kau tidak memberi tahu kami sebelumnya?"
 
Dina: (memohon) "Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya. Saya takut merusak semuanya."
 
Maya: (menatap Dina dengan simpati) "Bagaimana kita bisa membantu, Dina?"
 
Dina: (mengangguk) "Saya butuh dukungan kalian. Kita harus mencari cara untuk mengatasi ini bersama."
 
Adi:(penuh penyesalan) "Saya tidak tahu harus berkata apa."
 
Indra: (bijak) "Baiklah, mari kita bicarakan lebih lanjut. Mungkin kita bisa menemukan solusi yang baik untuk semua orang."
 
Rizky:(masih marah) "Tapi ini tidak mudah, Dina."
 
Dina: (menghela nafas) "Saya tahu, Rizky. Saya menyesal jika ini membuat kalian merasa terganggu."
 
Maya: (berusaha menenangkan) "Mari kita bicara secara terbuka. Mungkin kita bisa menemukan jalan keluar yang tepat."
 
Adi:(memohon) "Kita masih bisa menjadi teman, bukan?"
 
*(Pembicaraan panjang dan emosional dimulai, membuka lapisan demi lapisan perasaan yang terpendam. Mereka mencoba mencari solusi di bawah cahaya senja yang semakin meredup.)*
 
---
 
Bab 2: Konflik
 
*Pemandangan malam memperlihatkan api unggun yang menyala di tepi pantai, menciptakan bayangan gelap yang memainkan peran dalam perasaan Dina. Wajah-wajah yang semula cerah, kini dipenuhi ketegangan. Dina duduk di antara teman-temannya dengan tatapan cemas, menyadari bahwa pengakuan yang akan dia sampaikan bisa merubah dinamika persahabatan yang telah terjalin selama bertahun-tahun.*
 
Indra: (berbicara dengan emosi) "Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Dina?"
 
Dina: (berbicara terbata-bata) "Saya... saya jatuh cinta pada seseorang di antara kita."
 
*(Semua mata terbelalak. Rizky memasang wajah marah.)*
 
Rizky: (marah) "Jadi, ini sebabnya semuanya terasa aneh? Kita berada di tengah-tengah drama cinta?"
 
Maya: (cemas) "Bagaimana kita menyelesaikan ini tanpa merusak hubungan kita?"
 
Adi:(bingung) "Dina, apakah ini serius?"
 
Dina:(tersenyum pahit) "Ya, Adi. Tapi, saya tidak ingin ini merusak persahabatan kita."
 
Indra: (berbicara dengan bijak) "Kita perlu mencari pemahaman. Dina, Adi, ceritakanlah lebih lanjut tentang perasaan kalian."
 
Rizky: (memotong) "Saya tidak yakin apakah saya bisa mendengar ini."
 
Maya:(menahan Rizky) "Rizky, kita harus mendengarkan semua pihak. Bicaralah, Dina."
 
Dina:(dengan sedih) "Saya tidak bermaksud menyakiti siapa pun. Ini bukanlah sesuatu yang bisa saya kendalikan."
 
Adi: (mengangguk) "Saya juga tidak bermaksud membuat siapa pun tidak nyaman. Tetapi, saya juga tidak bisa mengabaikan perasaan saya."
 
indra: (berbicara bijak) "Baiklah, mari kita mencoba untuk memahami satu sama lain. Bagaimana kita bisa melibatkan perasaan ini tanpa merusak hubungan kita?"
 
Rizky:(masih marah) "Saya tidak yakin kita bisa melakukannya."
 
Maya: (cemas) "Jangan cepat marah, Rizky. Kita semua masih bisa mencari solusi yang terbaik."
 
Adi: (memohon) "Saya tidak ingin kehilangan teman-teman saya."
 
Dina: (menangis) "Saya juga tidak ingin merusak persahabatan ini."
 
Indra:(berbicara dengan bijak) "Mungkin kita perlu waktu untuk memikirkan ini. Jangan ambil keputusan dalam keadaan emosi."
 
Rizky:(berdehem) "Baiklah, kita semua butuh waktu untuk merenung."
 
Maya: (mengangguk) "Saya setuju. Jangan biarkan emosi menguasai kita."
 
*(Dialog yang panjang dan penuh ketegangan memenuhi malam itu. Semua mencoba menemukan pemahaman satu sama lain di tengah konflik yang rumit.)*
 
Bab 3: Finishing

 
*(Pagi menyapa di Pantai Kuta, suasana damai dan sinar matahari menyinari kelima teman.)*
 
Maya:(dengan senyuman) "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
 
Dina: (optimis) " Kita harus berani memulai lagi. Mengejar mimpi-mimpi yang terlupakan, menjalani hidup dengan penuh makna."
 
*(Mereka semua berdiri dan merangkul satu sama lain, menandakan kesatuan mereka untuk mengejar mimpi.)*
 
Indra:(mengangguk) "Kita mungkin telah lupa, tapi kita masih punya waktu untuk membuat kisah baru."
 
Rizky:(menggenggam tangan Dina) "Mimpi-mimpi kita akan membawa kita pada petualangan yang luar biasa."
 
*(Naskah drama ini diakhiri dengan mereka berlima melangkah bersama ke arah matahari terbit, siap untuk menggapai mimpi-mimpi mereka yang terlupakan.)*
 
Adi: (mengangguk) "Kita mungkin perlu melupakan sejenak masalah ini dan fokus pada masa depan yang cerah."
 
Dina:(menghela nafas lega) "Terima kasih, Adi. Terima kasih, teman-teman."
 
*(Pandangan mereka tertuju pada matahari terbit yang semakin tinggi, menggantikan ketegangan dengan harapan baru. Sesekali mereka tertawa, menunjukkan bahwa, meskipun ada masalah, persahabatan mereka tetap utuh.)*
 
Maya: (tersenyum) "Kita tidak boleh membiarkan apapun merusak kenangan indah kita bersama."
 
Rizky: (bercanda) "Mungkin ini adalah ujian yang akan membuat kita lebih kuat."
 
Indra:(sambil tersenyum) "Dan lebih bijak."
 
*(Mereka berlima bersama-sama, melangkah keluar dari bayang-bayang konflik yang melanda. Kesepuluh kaki mereka melangkah bersama, menuju cakrawala baru yang menanti.)*
 
**Akhir.**
 
*(Naskah drama diakhiri dengan pandangan yang memancarkan harapan dan kebersamaan. Meski mereka menghadapi konflik, persahabatan mereka tetap teguh, dan mereka siap untuk menjalani perjalanan baru yang menantang.)*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline