Lihat ke Halaman Asli

Perbandingan Cerita Rakyat Cinderela dan Bawang Putih

Diperbarui: 4 April 2017   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Cinderela

Pada zaman dahulu hidup seorang gadis bernama Cinderela yang hidup bahagia bersama kedua orang tuanya di sebuah desa kecil yang tentram dan damai. Mereka adalah keluarga yang cukup kaya, karena sang ayah bekerja sebagai seorang pedagang yang sukses di desanya. Suatu hari ibu Cinderela menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan dan akhirnya ia pun meninggal. Cinderela sangat sedih karena ibu yang sangat ia cintai telah meninggal.

Beberapa tahun kemudian sang ayah memperkenalkannya kepada seorang perempuan yang akan menjadi ibu barunya bersama dengan 2 anak perempuannya. Akhirnya mereka pun menjadi keluarga yang bahagia. Sang ibu tiri yang pada awalnya memperlakukan Cinderela dengan baik dan penuh kasih sayang akhirnya menunjukkan sifat aslinya. Suatu hari ayah Cinderela pergi untuk berdagang dan tak kunjung pulang selama bertahun-tahun, saat inilah ibu tiri dan saudara Cinderela mulai memperlakukan Cinderela dengan jahat dan kejam. Mereka menyuruh Cinderela untuk melakukan semua urusan rumah tangga layaknya pembantu. Ia sering dimarahi,dibentak,dihukum dan disiksa oleh mereka bertiga.

Suatu hari disebarkan pengumuman dari istana kerajaan bahwa akan diadakan pesta dansa di istana kerajaan yang digelar dalam rangka untuk mencari jodoh bagi Pangeran di kerajaan tersebut yang terkenal tampan dan kaya serta baik hati . Sang ibu tiri Cinderala pun bersemangat untuk mengajak kedua anaknya,yaitu saudara-saudara Cinderela untuk menghadiri pesta dansa tersebut dengan harapan sang Pangeran tertarik dengan mereka dan menjadikan mereka sebagai istrinya. Mendengar berita tersebut Cinderela bersemangat untuk bisa ikut dan berharap bisa bertemu dengan sang Pangeran. Namun, sang ibu tiri tidak memperbolehkannya untuk ikut dan menyuruhnya untuk membersihkan rumah selagi mereka menghadiri pesta tersebut. Setelah mendapat penolakan yang sangat menyakitkan itu Cinderela pun merasa sangat sedih dan putus asa karena keinginannya tidak bisa terwujud. Saat ia sedang menangis karena sedih, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mengatakan kepadaya untuk jangan bersedih dan ia akan mengabulkan permintaan Cinderela. Ternyata ia adalah seorang Peri yang kasihan melihat hidup Cinderela yang penuh dengan penderitaan dan ia berniat untuk menolongnya.

Akhirnya Cinderela pun mengatakan keinginannya untuk bisa hadir di pesta dansa milik pangeran yang tengah diadakan di isatana kerajaan. Maka si Peri pun menyuruh Cinderela untuk mencari 4 ekor tikus dan 2 ekor kadal serta satu labu yang besar. Kemudian si Peri mengucapkan mantrany dan jadilah kereta kuda yang mewah berwarna keemasan dan Cinderela berubah menjadi seorang gadis yang sangat cantik dengan menggunakan gaun dan sepatu kaca yang sangat indah. Lalu ia pun segera berangkat menuju istana, namun si Peri memberikan peringatan kepadanaya untuk tidak terlalu lama di dalam acara tersebut, karena pengaruh sihirnya hanya akan bekerja sampai waktu menunjukan puku tengah malam. Cinderela pun berangkat menuju istana dengan perasaan yang begitu senang.

Saat Cinderela memasuki gerbang, semua mata tertuju padanya dan menampakkan ekspresi terkagum-kagum karena kecantikan Cinderela. Sang Pangeran pun langsung mendatanginya dan mengajaknya untuk berdansa berdua. Semua isi ruangan menjadi hening. Ibu tiri dan saudara-saudara tiri Cinderela terlihat iri sambil bertanya-tanya siapa sebenarnya gadis cantik tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa gadis itu adalah Cinderela. Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul tengah malam, Cinderala lupa karena terlalu asik dengan sang Pangeran, ia pun segera berlari keluar istana dan bergegas untuk pulang. Sang Pangeran berusaha mengejarnya namun kehilangan jejaknya dan hanya menemukan sebuah sepatu kaca tanpa pasangan yang satunya. Ia yakin bahwa itu adalah sepatu kaca gadis berdansa bersamanya tadi. Ia pun bertekat akan menemukan pasangan dari sepatu itu dan menemukan gadis idamannya.

Keesokan harinya diadakan pencarian seorang gadis yang semalam telah berdansa dengan Pangeran tersebut. Sang Pangeran memerintahkan kepada para prajuritnya untuk melakukan pencarian keseluruh pelosok negeri dari satu rumah ke rumah. Tiba saatnya rumah Cinderela mendapat giliran, melihat kesempatan ini ibu tiri Cinderela memanfaatkannya untuk saudara-saudara tiri Cinderela. Namun, sepatu kaca tersebut tidak ada yang muat dengan kaki mereka berdua. Lalu saat seorang prjurit melihat Cinderela, ia menyuruhnya untuk mencobanya tapi ibu tiri Cinderela mengahalangi usaha tersebut. Namun, itu tidak berarti karena Cinderela sudah mencoba sepatu tersebut dan cocok dengan ukuran kakinya.

Cinderela kemudian dibawa ke istana dan bertemu dengan sang Pangeran. Pangeran pun sangat senang karena gadis yang ia idam-idamkan selama ini akhirnya bisa ditemukan dan berada di depan matanya. Akhirnya mereka pun menikah dan hidup di istana dengan bahagia selama-lamanya.

Bawang Putih

Suatu hari di desa kecil di dekat hutan hidup seorang gadis bernama Bawang Putih yang cantik dan baik hati. Ia hidup bahagia bersama kedua orang tuanya yang sangat sayang kepadanya. Walaupun sang ayah hanya seorang pedagang kecil mereka hidup berkecukupan dan bahagia, namun kebahagiaan itu hilang setelah ibu Bawang Putih meninggal dunia karena sakit. Semenjak ibunya meninggal, Bawang Putih selalu sedih dan merasa kesepian.

Suatu hari muncul seorang janda bernama Mbok Rondo dan anaknya bernama Bawang Merah yang merupakan tetangga Bawang Putih. Setiap hari mereka selalu mengirimi Bawang Putih makanan bersama ayahnya dan membantu pekerjaan rumah Bawang Putih. Melihat kebaikan hati Mbok Rondo, ayah Bawang Putih pun akhirnya tertarik kepada Mbok Rondo karena sifatnya yang baik dan perhatian kepada Bawang Putih. Akhirnya Mbok Rondo pun menjadi ibu tiri Bawang Putih. Beberapa waktu kemudian, ayah Bawang Putih meninggal karena sakit, dari sini lah sifat asli ibu tiri dan Bawang Merah mulai muncul. Mereka mulai memperlakukan Bawang Putih dengan semena-mena, setiap hari Bawang Putih selalu disuruh untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,mencuci pakaian,menyiapkan makan, dan mengambil air di sungai. Ia selalu mendapat perlakuan yang kasar dan jahat dari ibu tiri dan saudara tirinya. Sebaliknya, Bawang Merah selalu dimanja dan disayang oleh ibu tiri, berbeda dengan Bawang Putih yang selalu dimarahi dan dianiaya.

Suatu pagi, seperti biasanya Bawang Putih pergi untuk mencuci baju di sebuah sungai yang lumayan jauh dari rumahnya. Saat sedang mencuci baju-baju tersebut, ia tidak sadar bahwa salah satu baju yang ia cuci telah hanyut, dan yang lebih parah baju itu adalah baju kesayangan Bawang Merah. Ia pun bergegas menyusuri sungai dengan harapan bajunya bisa ia temukan. Setelah mencari sekian lama sambil menyusuri sungai hingga hilirnya, ia tak kunjung menemukan baju tersebut, akhirnya ia pun kembali kerumah dan dengan rasa takut menceritakan yang sebenarnya terjadi kepada ibu tiri. Mendengar cerita itu, ibu tiri lantas marah besar dan menyuruhnya untuk kembali mencari baju tersebut sampai dapat atau ia tidak diperbolehkan masuk ke rumah.

Bawang Putih yang sedih itu pun segera kembali ke sungai tempat ia mencuci dan kembali mencari baju tersebut. Setelah ia berjalan cukup jauh menyusuri sungai, ia bertemu dengan seorang raksasa, raksasa tersebut bernama Nini Buto Ijo. Dengan rasa takut Bawang Putih bertanya kepada nenek itu tentang sebuah baju yang hanyut disungai. Nini Buto Ijo mengetahuinya dan berkata kepada Bawang Putih bahwa ia menemukannya saat sedang tersangkut. Mengetahui hal tersebut, Bawang Putih sangat senang karena ia berhasil menemukan pakaian tersebut. Namun, Nini Buto Ijo mengajukan sebuah syarat kepada Bawang Putih agar membantunya memasak, setelah itu baru ia akan mendapatkan bajunya kembali. Bawang Putih pun memenuhi syarat tersebut, lalu ia diajak ke sebuah gubuk tua di tepi hutan, yaitu rumah nenek tersebut. Ia membantu nenek itu memasak dan mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan rapi dan cekatan. Nini Buto Ijo sangat senang dan puas dengan pekerjaan Bawang Putih, ia lalu memberikan hadiah sebuah labu kepada Bawang Putih. Ia disuruh untuk memilih labu berukuran kecil atau besar, karena Bawang Putih bukanlah anak yang sombong, maka ia memilih labu berukuran kecil. Ia pun lantas berterima kasih dan berpamitan hendak pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, ia langsung memberikan baju tersebut kepada Bawang Merah dan langsung pergi memasak labu yang dihadiahkan Nini Buto Ijo kepadanya. Ketika ia membuka labu tersebut alangkah terkejutnya ia karena isi labu tersebut adalah perhiasan,emas, dan mutiara yang sangat indah. Mengetahui hal tersebut, ia pun memberitahukannya pada ibu tiri dan Bawang Merah. Mereka lantas bertanya kepada Bawang Putih dari mana ia mendapatkan labu tersebut, ia pun menceritakan kisah yang sebenarnya kepada mereka.

Lalu ibu tiri Bawang Putih menyuruh Bawang Merah untuk melakukan hal yang sama persis seperti yang dilakukan Bawang Putih. Singkat cerita Bawang Merah bertemu dengan Nini Buto Ijo dan membantunya memasak dan mengerjakan pekerjaan rumahnya, namun Bawang Putih melakukan pekerjaannya dengan tidak rapi dan sembarangan. Nini Buto Ijo pun merasa tida puas dengan pekerjaannya, namun ia tetap memberikannya hadiah karena telah membantunya. Saat diminta untuk memilih labu mana yang dia inginkan, Bawang Merah dengan cepat memilih labu berukuran besar karena sifatnya yang tamak. Tanpa mengucapkan terima kasih dan berpamitan ia pun langsung pulang ke rumah dengan harapan mendapat emas dan perhiasaan di dalam labu tersebut.

Sesampainya di rumah, Bawang Merah dan ibunya segera membuka labu tersebut, tapi bukan emas dan perhiasan yang mereka dapat melainkan binatang-binatang beracun seperti ular, kalajengking, dan kelabang yang mereka dapatkan. Binatang-binatang itu lantas menyengat mereka sampai mereka tewas. Akhirnya Bawang Putih berhasil mendapatkan perhiasannya kembali dan menjualnya untuk meneruskan hidupnya.

Membandingkan Dua Sastra Lisan(Cerita Rakyat)

Cinderela merupakan cerita rakyat yang berasal dari Inggris sedangkan Bawang Putih merupakan cerita rakyat dari Indonesia. Berdasarkan setting tempat dan waktu dalam cerita serta wujud kedua cerita yang merupakan cerita rakyat, maka dapat diketahui bahwa kedua cerita tidaklah satu zaman . Dilihat dari perkembangan sejarah Inggris yang lebih dulu maju dibandingkan Indonesia maka cerita Cinderala tentunya dibuat lebih dahulu dari cerita Bawang Putih dan Bawang Merah.

Kedua cerita ini merupakan cerita rakyat yang berasal dari dua negara berbeda. Dalam segi bahasanya, kedua cerita tersebut pastilah juga sangat berbeda. Cinderela menggunakan bahasa Inggris sedangakan Ande-Ande Lumut menggunakan bahasa Jawa. Hanya saja kedua cerita tersebut telah digubah dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kedua cerita tersebut sama-sama cerita rakyat

Dari segi cerita juga dapat dikatakan hampir sama, yaitu menceritakan kehidupan gadis cantik yang hidup bahagia dan kaya tetapi kehidupannya berubah ketika ibunya meninggal dan digantikan oleh ibu tiri yang jahat dan kejam bersama dengan anaknya. kedua cerita tersebut memiliki banyak kesejajaran diantaranyadalamsegijudul, tema, alur, karakteristik/penokohan, setting, dansudut pandang serta amanat .

Kedua cerita tersebut memiliki unsur pemberian judul yang sama, yaitu memberikan judul berdasarkan nama tokoh utamanya, yaitu Cinderela dan Bawang Putih.

Dalam segi tema sangatlah jelas bahwa kedua cerita tersebut menceritakan kehidupan gadis cantik yang hidup bahagia, namun setelah ibunya meninggal ia diasuh oleh ibu tirinya yang jahat dan saudara-saudara tirinya yang kejam.

Pembahasan mengenai alur kedua cerita tersebut juga hampir sama, yaitu menceritakan kehidupan seorang gadis cantik dan baik hati  yang mempunyai ibu tiri dan saudara tiri yang jahat kepadanya, lalu karena suatu keadaan ia dibenci oleh ibu tiri dan saudara tirinya dan muncul tokoh penolongnya seperti pada cerita Cinderela adalah sang pangean dan dalam cerita Bawang Putih adalah Nini Buto Ijo. Setelah kemunculan tokoh penolong tersebut, akhirnya sang tokoh utama bisa hidup bahagia tanpa ibu tiri dan saudara tirinya yang kejam.

Penokohan dalam kedua cerita tersebut juga memiliki dasar yang sama,yaitu adanya tokoh gadis cantik yang baik hati, penyayang, dan sabar yang selalu dimusuhi oleh ibu tiri dan saudara tirinya yang jahat. Tokoh antagonisnya sama-sama berperan sebagai ibu tiri dan audara tiri yang kejam kepada tokoh utama.

Setting kedua cerita tersebut mengambil tempat di sebuah desa di masa-masa kerajaan. Setting tempat dalam kedua cerita sangat terbatas, seperti tempat tinggal tokoh utama di sebuah desa dan tempat tinggal tokoh penyelamatnya seperti pada cerita Cinderela adalah Pangeran yang bertempat tinggal di istana dan pada cerita Bawang Putih adalah Nini Buto Ijo yang bertempat tinggal di sebuah gubuk tua di pinggir hutan

Pengarang kedua cerita sama-sama menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Ini dibuktikan dengan penggunaan kata ia, dia, mereka, dan penyebutan nama tokoh

Amanat yang bisa diambil dari kedua cerita sama, yaitu kita harus senantiasa sabar dalam menghadapi cobaan. Kita harus menjadi orang yang baik hati, sabar, penyanyang, jujur, dan suka menolong. Kita janganlah suka iri dan benci serta jahat kepada orang lain, terlebih lagi kepada saudara sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline