Lihat ke Halaman Asli

Kepada Tuhan

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13836704301288191576

Wanita itu menghardik kepada entah apa. Kepada entah siapa. Yang kutahu dua balitanya masih lelap dalam tidurnya. Walau sesekali diusap rambut dan diciumi keningnya. Hingga membekas merah bibir dan bedak tabur yang luntur. Sembari mengucap doa-doa pengubah nasib. Lalu, apa mungkin ia menghardik lampu yang kemerah-merahan, dingin dan gerimis yang masuk lewat celah retak genting ?. Sambil menangis lalu berkata ”Apa lagi mauMu, TUHAN... ?.” Ahhh, entahlah... bahkan aku tidak bisa terus menerka. Tak ada kata. Di rumah bedeng 3x4meter seperti ini memang selalu ada banyak tanya. Tentang belubu tak terisi, tentang susu tak terbeli, juga tentang penantian dan keadilan.

Wanita itu menghardik kepada entah apa. Kepada entah siapa. Adakah ia menghardik Tuhan ? Ataukah kepada fajar ketika ”tuan” tak kunjung datang ?.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline