Lihat ke Halaman Asli

Ajalnya Sang Wanita Malam

Diperbarui: 5 April 2019   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di mana kau? Telah lama aku menunggu bersama tiang lampu berpendar. Malam ini kau berjanji akan temuiku menikmati dingin udara malam. Lihatlah, aku mengenakan pakaian mini. Riasan wajahku disarati bedak-bedak berkualitas tinggi. Parfumku takkan hapus diembus semilir angin.

Sekarang, tengah malam berganti waktu. Romanku bersemringah. Decit mobilmu berhenti di hadapanku. Dengan sukacita aku masuk ke dalam mobil. Bawa aku berkeliling kota lalu saat perutku lapar berilah aku makan. Kemudian bersinggahlah kita. Malam semakin tenggelam dalam larut.

Bermalamlah kita di hotel Spi. Biarlah aku tergeletak lebih dulu. Aku siap menyambut sentuhan dan rangsang yang kaugencarlah lewat patikan birahi-berahi. Tak sengaja bias mataku melihat kilapan logam di balik punggungmu. Kau mulai menindih punggungku dan aku merintih. Di atas tubuhku, kau mulai menghunus benda apa di balik punggungmu.

Kau bungkam wajahku. Kau dengan barang itu merobek-robek perutku. Mengoyak-ngoyak kewarasanku, kesadaranku. Napasku tersengal-sengal. Kau merasa nikmat ketika aku terlihat lemah tak berdaya. Lelehan darah hangat menggenangi ranjang kita. Kau tersenyum ngeri, tertawa-tawa dalam kepuasan jasmani lalu kita terlelap.

Napasmu masih menetap di dada, sedangkanku, nyawaku, berpulang sudah pada Sang Ilahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline