Lihat ke Halaman Asli

Deadlock to Heaven

Diperbarui: 21 September 2017   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: kipbaldwin.com

Lelaki berjubah putih berkilau berdiri tegak penuh keagungan, mengawasi sesuatu yang sedang terjadi di bawah permukaan bumi sana. Lelaki itu tak sedikit pun ingin melewatkan gerak-gerik anak manusia yang sedang diawasinya.

            "Kau mau tunggu apa lagi darinya, Kilua? Kita sudah diperintahkan untuk menjemput anak manusia itu. Kau tidak mau 'kan Deux menghukum kita?" Seorang lelaki berjubah putih bercahaya, membentangkan sepasang sayap putih nan kokoh pada lelaki yang sedang dihampirinya.

            "Aku tahu itu, Xeoscha. Anak manusia itu memohon padaku sambil menitikkan air mata penuh ketulusan. Dia tahu waktunya di Bumi sudah habis. Akan tetapi, dia berkata dia masih punya sedikit waktu untuk menyelesaikan masalahnya di Bumi sana" jelas Kilua pada Xeoscha. Aura wajah malaikat laki-laki---Xeoscha, berpendar melebihi cahaya bulan purnama.

            "Kau selalu saja bertindak di luar pikiran para malaikat lainnya, Kilua," balas Xeoscha sambil menggeleng kepala dua kali.

            "Bukankah Deaux Maha Pengasih dan Pemaaf, Xeo? Dia dengan segala kemurahan hati-Nya memberi kesempatan bagi para manusia untuk kembali ke jalan yang benar? Kita pun harus meniru sikap Tuan kita. Lagipula, aku sudah memberikan jangka waktu untuknya di muka Bumi sana. Jika dia bertindak di luar jangka waktu yang telah ditentukan, aku akan menariknya secara paksa."

*

            Leo mengerjapkan kedua kelopak matanya begitu dia bangun dari tidur panjangnya. Ia sendiri tidak tahu sudah berapa lama dia tergeletak di jalan sana. Beraspal hitam legam dengan garis putih memanjang, menjadi pemisah jalan beraspal itu.

            Jalan tol Cikampek terlihat sepi dan lengang tidak banyak kendaraan bermotor melewati jalan itu. Sedangkan Leo masih mencaritahu bagaimana dia bisa tertidur di jalan tol itu.

            Leo sudah bangkit berdiri sepenuhnya. Ia melirik kiri dan kanan. Mencari bantuan dari orang-orang lewat.

            "Apa yang sebenarnya terjadi denganku? Aduh!" Leo merasa sedikit pening di bagian kepala. Ia meraba kening dan mendapati darah merah setengah kering mengotori tangannya.

            "Ada darah di kepalaku? Oh ya, aku harus mencari di mana sepeda motorku dan koper itu. Itu untuk keperluan istri dan anak-anakku." Leo tersentak begitu dia ingat sesuatu yang begitu penting baginya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline