Lihat ke Halaman Asli

Warnet

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mataku masih saja mengamati seseorang yang berada di dalamCOM 14 . Billing internet yang disewanya habis dan sudah waktunya ia keluar dari bilik tersebut . Tapi sudah kutunggu sampai 3 menit ia belum keluar dari sana padahal ada seseorang yang akan menyewanya .

Namun ada satu keanehan yang terlihat di sana . Aku melihat seseorang dalam bilik tersebut tertunduk dengan wajah mengenai papan keyboard . Aku sudah mengira pasti ia tertidur . Tapi bagaimana dia bisa tidur dengan kondisi warnet yang dikerubungi oleh suara loud speaker yang riuh dan ribut . Entahlah , yang pasti aku akan ke sana untuk membangunkan orang itu .

Ketika kakiku hendak melangkah , kumerasakan hawa tak enak di sekitar bilik itu . Itu semakin menguat dengan suhu bilik yang turun drastis sehingga bulu romaku berdiri tegak . Aku menekuk kedua kakiku dan mengguncang - guncang badannya . Aku sedikit terkesiap , badannya mendingin dan kaku . Pikiranku semakin liar dengan dugaan - dugaan buruk tentang orang tersebut . Aku mulai panik dan langsung mendorong badannya ke belakang .

Ya Tuhan !

Wajahnya tegang memucat dengan mata terbeliak hampir melompat keluar . Dari dalam mulutnya keluar seperti cairan kental kehitam - hitaman berbau busuk dan anyir membasahi papan keyboard . Aku yang tak kuasa menahan bau menjijikkan tersebut , spontan memuntahkan segala isi perutku . Orang - orang yang melihatku muntah , berduyun - duyun mendatangi bilik di mana aku berada . Mereka terperanjat melihat mayat seorang pria sudah meregang nyawa dengan kondisi mengerikan .

Aku lupa , aku belum sempat memperkenalkan diriku . Aku hanyalah anak dari keluarga serba pas - pasan yang mengadu nasib di luar kota . Namaku Rian . Setelah aku tamat SMK aku memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku . Sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan kuliah , tapi karena keuangan orang tuaku yang serba pas - pasan , aku mengurungkan niatku untuk kuliah . Aku memilih untuk melamar sebagai seorang operator warnet sekaligus memanfaatkan kemampuan keahlianku dalam mengolah program - program komputer .

Awalnya aku bekerja di sebuah toko Handphone tiga bulan lalu namun aku memilih mengundurkan diri dari sana dengan alasan keluarga . Kemudian aku menjatuhkan lamaranku pada sebuah warnet yang sedang mencari lowongan kerja sebagai operator warnet . Akuditerima di sebuah warnet yang berada di sebuah ruko bertingkat di sebuah perumahan . Ada kesan tak enak ketika aku hendak memasuki warnet tersebut .

Hembusan angin dingin di tengah hari sontak membuat bulu kudukku berdiri tegak . Kumerasa sepasang mata tengah memata - mataiku ketika aku menginjakkan kaki pertama kali di sana . Dalam hati , aku mencoba menepis segala hal - hal berbau mistis dengan berdoa dalam hati . Aku sudah lumayan tenang meskipun rasa takut masih membayangi pikiranku . Kemudian , pandangan mataku beralih pada operator warnet yang tengah berjaga . Sempat ragu terbesit , tapi aku coba memberanikan diri untuk bertanya .

" Permisi , apa benar di sini menerima lowongan pekerjaan sebagai operator warnet ? " tanyaku pada operator tesebut .

Sang operator mengalihkan perhatiannya padaku .

" Anda yakin mau bekerja di sini ? " ia malah balik bertanya padaku . Cara dirinya menatapku penuh keraguan tapi ada kekhawatiran di sana . Aku tak mengerti apa maksudnya ia bertanya seperti itu padaku , tapi aku hanya mengabaikannya .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline