Lihat ke Halaman Asli

Admin, Jangan Minta Saya Memilih Headline

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sudah lebih setahun saya ada di sini, di Kompasiana. Setahun dan tetap menulis di sini seperti juga tetap menulis di blog pribadi, meracau di facebook dan menulis di blog keroyokan lain. Horeeee... Saya girang karena telah cukup banyak menulis.

Tetapi tugas menjadi Kompasianer tentu saja tidak hanya menulis a.k.a. membuat postingan. Menyandang predikat itu diikuti dengan 'semacam kewajiban' untuk membaca postingan Kompasianer lain. Saya sering pula melakukannya, keluar masuk di kamar fiksiana, mengutak-atik menu di kolom media, membaca situasi negara ini di kanal politik, lebih dekat dengan orang terkenal di sosok dan mengetahui update skor pertandingan di ruang olahraga.

Demikianlah, saya hadir di sana entah disadari atau tidak oleh yang punya lapak, tetap saya melakukan kunjungan itu dengan sadar, mulai membaca lalu memberikan komentar jika perlu dan tidak lupa memberi vote pada tulisan-tulisan layak vote. Kadang komentar yang sudah saya tulis urung dikirim karena senada dengan komentar lain di lapak yang sama. "Daripada mendobel," pikir saya.

Sudah lebih setahun saya bergabung dan entah berapa ribu jumlah postingan yang bernada sama; mempertanyakan keputusan pemilihan headlines a.k.a. HL. Saya juga pernah melakukannya dan membuat saya merasa telah merusak hubungan saya dengan Asep Setiawan, dan saya menyesal. Setelahnya saya tidak bertanya lagi tentang bagaimana Admin memilih sebuah postingan menjadi HL. Itu mutlak urusan mereka, orang-orang hebat di balik  rumah bersama ini. Entahlah, saya hanya merasa tidak harus berurusan dengan soal siapa pemilik HL terbanyak, siapa yang tulisannya tidak layak HL, siapa yang (entah mengapa) setiap postingannya HL dan siapa yang seharusnya tidak HL tetapi HL.

Ya, itu bukan urusan saya. Membuat postingan untuk lapak saya sendiri saja sudah cukup merepotkan dan saya tidak ingin menambah kesibukan dengan memeriksa kelayakan HL sebuah postingan, sesuatu yang jika toh saya ingin lakukan, tidak akan berubah banyak pada situasi mutlak: HL itu urusan Admin. Ya, menentukan apakah sebuah postingan layak atau tidak layak HL, itu tugas Admin. Mengapa? Karena merekalah yang mengatur kebutuhan rumah tangga besar ini. Dalam media konvensional, ada yang mereka sebut sikap redaksi. Dalam teori media massa, ini dikenal dengan sebutan agenda setting, sebuah situasi yang berisi sikap dan sudut pandang 'pemilik' media pada informasi.

Tetapi postingan tentang pertanyaan pada Admin soal HL tidak berhenti. Selalu ada, sekali sebulan, sekali sepekan atau beberapa kali sehari. Saya tiba-tiba berpikir, bagaimana kalau suatu saat, karena gerah selalu disalahkan, Admin tiba-tiba menyerahkan keputusan postingan HL pada usulan Kompasianer. Siapkah kita? Saya jelas tidak siap. Selain bahwa itu adalah tugas berat karena saya tidak tahu agenda setting Kompasiana, juga karena saya takut, nantinya postingan yang saya usulkan untuk jadi HL adalah postingan saya sendiri.

Saya juga takut, kalau kebijakan Admin dalam menentukan HL adalah berdasarkan jumlah klik dan komentar, maka saya akan menambah jumlah teman saya di facebook dan twitter hanya agar mereka bisa dipaksa mampir ke postingan saya. "Dukung tulisan ini jadi HL," demikian kira-kira bunyi share link saya di facebook.

Sekali waktu, saya pernah membaca sebuah tulisan semenit setelah diposting. Tulisannya bagus, saya suka. Saya memberikan komentar tentang isi tulisan itu dan vote bermanfaat. Setelah itu log out sambil berpikir, tulisan itu seharusnya jadi HL. Beberapa jam kemudian saya mampir lagi ke Kompasiana, tulisan itu sudah jadi HL. Admin melakukan apa yang saya pikirkan. Setelah itu saya tidak pernah lagi berpikir untuk melakukan tugas mereka; memilih HL. Beberapa HL mungkin tidak menarik, tetapi kalau saya diminta Admin untuk memilihkan postingan yang lebih menarik, saya takut selera saya tidak sama dengan Kompasianer yang lain, atau saya meng-HL-kan tulisan teman saya karena saya suka teman saya bukan tulisannya. Buat saya itu berbahaya :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline