Lihat ke Halaman Asli

Aneh, DPRD NTT Ribut Soal Promosi Komodo

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan Anggaran DPRD NTT ribut. Pasalnya sederhana, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD NTT berencana mempromosikan Komodo dengan  cara menggaet investor di luar negeri. Tidak tanggung-tanggung, di tengah era digital saat ini, BKPMD NTT berencana menggandeng Komisi C DPRD NTT untuk jalan-jalan ke Belanda dan Singapura demi mendapatkan investor dan meminta tambahan anggaran 500 juta rupiah, padahal  anggaran sebelumnya telah mematok besaran 1 milyar rupiah untuk kepentingan promosi ke Belanda bersama pemerintah pusat. Harian regional Pos Kupang menjadikan berita tersebut sebagai 2nd Headline mereka Selasa (25/1) kemarin.

Badan Anggaran ribut karena ya itu tadi, ada yang setuju dengan rencana itu dan ada yang menolak. Yang setuju tentu saja memandang upaya menggandeng investor dengan langsung sowan ke Belanda dan Singapura itu sesuatu yang penting. Pihak yang tidak setuju punya alasan lain. Anggota Badan Anggaran yang juga Ketua Komisi D DPRD NTT, Hendrik Rawambaku melihat, dari data yang ada, neraca perdagangan Indonesia - Belanda tidak pernah menguntungkan. Singapura juga demikian. Menurut Hendrik, jika ingin melakukan promosi sebaiknya ke Taiwan, Korea, Jepang atau China.

Ho ho ho... jadi ternyata ini bukan soal anggaran, tetapi tentang negara tujuan. Ck ck ck... koq bisa ya, perdebatan menjadi menyimpang dari esensi persoalan: Penambahan Anggaran Untuk Promosi Komodo! Ya... demikianlah wakil rakyat itu.

Perhatikan ini; Ketua Komisi C DPRD NTT, Stanis Tefa protes dengan penolakan anggaran tambahan tersebut. Alasannya, hal tersebut sudah dianggarkan dan dibahas pada pembahasan anggaran. Banggar NTT sudah setuju, tetapi lalu dipotong oleh pihak-pihak tertentu. Stanis jelas marah, karena dalam rencana BKPMD NTT, komisi yang dipimpinnya itulah yang akan diajak untuk pelesir ke negeri van Persie dan negara kota tetangga kita ini. Menurut Stanis, dalam kegiatan ini tugas pertama BKPMD adalah memberikan promosi investasi, baik di dalam maupun di luar negeri, dan tugas Komisi C dalam kasus ini adalah memberikan dukungan. Maka mereka harus sama-sama berangkat ke luar negeri.

Tetapi mengapa Belanda dan Singapura, sedangkan anggota Dewan lainnya melihat kedua negara tersebut tidak menguntungkan? Pak Stanis bilang, "Anda tahu selama ini ke sana (Singapura) murah. Bisa dengan feri menyeberang ke Singapura. Dan seluruh dunia akan ke sana. Dan, mereka (Singapura) yang minta." Ketua Komisi C ini lupa menjelaskan mengapa Belanda? Eh... sebentar itu alasannya koq sederhana ya? Berpromosi ke negara lain karena biaya ke negara itu murah. Lha, bukankah tujuannya adalah menggaet investor? Apa iya Singapura punya investor yang benar-benar siap ke Komodo? Tidak ada penjelasan. Sebuah kenyataan yang memunculkan secara telak 'kebodohan' kolektif lembaga, karena tidak melakukan studi atau riset tentang negara dengan potensi investor yang sesuai kebutuhan. Ah... jangan-jangan mereka hanya mau jalan-jalan saja dan mau pakai uang negara. Hati-hati lho...!

Di luar perdebatan tanpa dasar yang kuat itu, sebenarnya yang menarik adalah karena keributan ini muncul setelah Komodo masuk dalam New7Wonders of Nature, padahal ketika bangsa ini sibuk berdebat tentang pentingkah Komodo dipromosikan agar terpilih, sebagian besar anggota DPRD NTT cenderung diam. Tak ada yang ikut berpromosi. Hanya dua atau tiga orang yang bersuara di media, mengajak agar masyarakat NTT ikut memilih. Yang lain, diam. Seorang kawan yang juga anggota DPRD NTT malah terjebak pada aliran penolak promosi dengan alasan yang bisa ditebak: Panitia New7Wonders itu tidak jelas. Sedangkan kami? Sibuk mengetik SMS Vote Komodo dan berdebat dengan hebat di Kompasiana tentang penting atau tidaknya vote itu. Saya jelas mengganggap itu penting, sehingga mengetik ribuan SMS dan berbangga ketika Komodo menang.

Dan kini, mereka sibuk memperdebatkan anggaran yang pantas untuk promosi dan negara yang layak untuk diajak berinvestasi; dan ini era digital, ketika ruang dan waktu menjadi tak banyak berarti. Mengapa tidak menjajak kemungkinan datangnya investor dengan berpromosi di internet? Menjalin relasi dengan anak-anak NTT di luar negeri kemudian mempercayakan mereka untuk melihat jaringan? Selanjutnya berkomunikasilah lewat e-mail, sesuatu yang sangat mudah dilakukan. Tetapi oh oh oh, bagi Dewan tidak ada yang mudah. Kita masih ingat kasus alamat palsu: komisi8(@)yahoo.com, atau anggaran website DPR RI yang astaganaga sangat besar itu.

Maka inilah yang terjadi, mereka berdebat, bertengkar dan sepertinya akan tetap pergi ke luar negeri dengan rombongan lengkap sebagai berikut: semua anggota DPRD NTT dari komisi C, pimpinan DPRD dan orang-orang BKPMD. Dan masyarakat NTT ada di mana? Di sini, di wilayah yang selalu masuk dalam kategori miskin, dengan cerita busung lapar yang jadi laporan tahunan, dengan pasokan listrik yang kembang kempis, dengan tingkat korupsi yang tinggi dan dengan tetek bengek persoalan di dunia pendidikan yang sulit diurai. Prosentase kelulusan di wilayah ini masuk pada level rendah di Indonesia.

Dan Komodo di mana? Di Pulau Komodo - Labuan Bajo - Manggarai Barat, menunggu wisatawan yang jdari hari ke hari semakin banyak karena telah dikenal mendunia berkat New7Wonders. Pelaku pariwisata dalam negeri mulai ramai di Labuan Bajo. Mereka sibuk menata biro mereka secara swadaya, memberikan yang terbaik untuk wisatawan asing. Mereka mengelolanya sendiri. Yance Longa, seorang teman yang adalah pemandu wisata di Labuan Bajo pernah bilang, "Kita harus mengelola potensi ini dengan kekuatan sendiri, dan pasti bisa. Kehadiran investor mungkin akan berdampak tidak baik bagi perkembangan ekonomi lokal."

Maka demikianlah, anggota DPRD NTT sibuk berdebat soal anggaran dan negara tujuan, tanpa target yang jelas untuk wilayah kepulauan ini. Studi Banding atau apapun namanya dari kegiatan anggota dewan yang terhormat itu ke luar negeri, belum menunjukkan hasil yang luar biasa untuk negeri ini, seperti juga studi banding PRAMUKA ke Benua Afrika. Ah... ini kan Indonesia "^_^/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline