Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Beauty Privillage Dalam Kehidupan Gen Z

Diperbarui: 27 Desember 2024   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kecantikan adalah topik yang telah lama menjadi pusat perhatian di kalangan wanita, dengan berbagai kisah tentang kecantikan tersebar di seluruh dunia. Meskipun tidak memiliki definisi pasti karena sifatnya yang relatif, konsep kecantikan secara mendalam memengaruhi persepsi sosial masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah "cantik" merujuk pada keelokan dan keindahan yang terkait dengan wajah atau penampilan wanita. Dewasa ini, perhatian terhadap kecantikan semakin meningkat, yang tercermin dari banyaknya fasilitas perawatan diri seperti salon, spa, tempat kebugaran, dan klinik kecantikan.

Penampilan memainkan peran krusial dalam membentuk kepercayaan diri, terutama bagi wanita muda yang seringkali mengaitkan citra diri dengan aspek fisik seperti bentuk tubuh, karena itu wanita muda merasa perlu meningkatkan kualitas penampilan  mereka  untuk  memenuhi tuntutan tampil baik dan sempurna (Saridkk,   2021). Fenomena "beauty privilege" menjadi bukti kompleksnya persoalan kecantikan, di mana individu dengan daya tarik fisik di atas rata-rata cenderung mendapatkan keuntungan sosial, akademik, dan psikologis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Daniel Hamermesh dalam bukunya "Beauty Pays" (2011)Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang dianggap menarik secara fisik sering memperoleh perlakuan istimewa dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan, dengan menciptakan semacam "halo effect" yang mempengaruhi persepsi terhadap kemampuan mereka.

Namun, di balik keistimewaan tersebut terdapat sisi kritis berupa potensi diskriminasi terhadap mereka yang tidak memenuhi standar estetika konvensional. Mahasiswa yang kurang menarik secara fisik mungkin menghadapi tantangan psikologis seperti rendah diri dan kesulitan mengakses jaringan sosial. Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa beauty privilege bukanlah sekadar mitos, melainkan realitas sosial yang didukung penelitian empiris. Kesadaran akan fenomena ini seharusnya mendorong upaya menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, menghargai keberagaman, dan tidak membiarkan penampilan fisik menjadi penentu utama penilaian individual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline