Lihat ke Halaman Asli

Nyepi, Fenomena, dan Mitos Gerhana Matahari

Diperbarui: 10 Maret 2016   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Akhir-akhir ini berita atau info tentang gerhana matahari total yang akan terjadi 9 Maret 2016 menghiasi berita-berita di media cetak, televisi maupun media informasi lainnya. Gerhana matahari kali ini yang menurut para ahli akan terjadi secara total dan Indonesia adalah satu-satunya wilayah daratan yang dilewati oleh gerhana tersebut yaitu 12 propinsi. Sangat kebetulan sekali waktu terjadinya adalah saat saudara kita di Bali merayakan hari besar keagamaan mereka yang sangat sakral yaitu hari raya Nyepi yang kita semua tahu bahwa hari Nyepi di Bali benar-benar sesuai dengan sebutannya (Nyepi atau sepi).

 Dari seorang teman yang pernah menetap di Bali, Nyepi adalah hari menyatunya penduduk Bali dengan alam. Tak boleh ada hal-hal yang berbau teknologi atau semacamnya. Bandara internasional pun ditutup demi sakralnya hari Nyepi tsb, begitu juga dengan aktivitas lain seperti menyalakan listrik pada siang atau malam hari, berkendaraan, bahkan Nyepi tahun 2016 ini Bank tidak beroperasi selama tiga hari. Fenomena gerhana matahari kali ini sangat berbeda nuansanya dibandingkan gerhana yang terjadi 33 tahun lalu, saat itu penulis masih bersekolah di Sekolah Dasar dan kejadiannya saat senam pagi di halaman sekolah. 

Gerhana matahari kali ini lebih banyak diketahui masyarakat berkat kemajuan teknologi informasi, disemua media menginformasikan fenomena tersebut dengan durasi waktu yang sangat banyak dan akan menyiarkan secara live dari wilayah yang dilewati gerhana matahari. Fenomena gerhana matahari ini juga diburu oleh banyak manusia karena kejadian yang sangat langka dan harus menunggu berpuluh-puluh tahun untuk bisa menyaksikannya kembali. Fakta penting lainnya tentang gerhana matahari total selain terjadinya hanya di Indonesia adalah periode kejadiannya sampai 300 tahun sekali di satu daerah. Begitu juga dengan para ahli dapat membuktikan teori relativitas Einstein “Bahwa suatu benda bisa membelokkan cahaya”. 

Fenomena lain seperti pembodohan publik juga bisa ditepis dengan penyampaian informasi yang benar, seperti kejadian gerhana matahari 11 juni 1983 yang menghebohkan karena ada kabar yang mengatakan “awas, hati-hati gerhana bisa membuatakan mata”. Selain fenomena yang melingkupi gerhana matahari, tak kalah pentingnya adalah mitos sekitar gerhana matahari yang menyesatkan. Tidak hanya di Indonesia, di Negara lain pun banyak mitos seputar gerhana matahari. Mitos-mitos tersebut berkembang karena tidak adanya edukasi yang benar terhadap masyarakat, meskipun di setiap daerah beragam ceritanya tapi bermuara pada satu hal yang sama. Mulai dari mitos matahari akan dimakan oleh makhluk tertentu lalu penduduk bumi harus membuat bunyi-bunyian untuk mengusir makhluk tersebut. 

Di Eropa sebagian masyarakatnya meyakini gerhana matahari berkaitan dengan kejatuhan singgasana atau kekuasaan seperti gerhana pada 1133 Masehi yang bertepatan dengan meninggalnya Raja Henry I sesaat setelah gerhana matahari total. Dalam mitologi hindu, pelayan iblis, Rahu dan Ketu dipercaya sebagai penyebab gerhana matahari karena mereka menelan matahari. Mereka mampu menyedot cahaya yang memberikan kehidupan bagi manusia. Cerita rakyat Korea percaya jika gerhana matahari terjadi karena matahari dicuri oleh anjing siluman. Masih banyak mitos-mitos lain dari berbagai belahan bumi disekitar gerhana matahari yang perlu mendapat perhatian para ilmuwan untuk menyampaikan fakta sebenarnya. Bagaimana di daerah lainnya???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline