Lihat ke Halaman Asli

Pungut Sampah: Aksi Menuju Lingkungan Suci

Diperbarui: 11 Oktober 2021   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Langkah seribu dimulai dari langkah satu. (Pepatah China)

Mungkin sampai saat ini permasalahan sampah masih jadi momok yang menakutkan bagi kita semu karena efek buruk yang dibawanya seperti bau busuk, pencemaran lingkungan, terganggunya ekosistem makhluk hidup yang di air dan tanaman. 

Akan tetapi, di sisi lain pada kenyataannya kita masih tetap saja menganggap remeh dan sepele terutama sampah yang kecil-kecil. 

Seolah hanya sampah yang berbahan kimia atau sampah dari hasil limbah pabrik dan dalam jumlah banyak yang harus diawasi ketat.  

Padahal sampah yang sepele inilah yang pada akhirnya menjadi cikal bakal sampah-sampah yang menggunung dan membahayakan. Gara-gara sampah kulit pisang yang dibuang di tengah jalan dapat membahayakan orang lain. 

Sekantong sampah plastik yang diletakkan di pinggir jalan inilah yang mengotori keindahan jalan raya, ranting-ranting kayu yang dibuang ke selokan inilah yang menyumbat aliran air sehingga mengakibatkan banjir tatkala hujan turun deras, sisa-sisa bahan makanan yang didapur inilah yang berperan dalam menimbulkan bau yang tak sedap.

Itulah faktanya. Kita ingin hidup sehat dan bersih di alam dan lingkungan tapi belum bisa meninggalkan kebiasaan buruk yang sederhana. Memang dalam jangka pendek seolah hal yang demikian tidak ada apa-apanya, namun kita melupakan dampak jangka panjangnya. 

Seperti kata pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Sikap mengabaikan buang sampah yang kecil-kecil inilah kemungkinan telah mendarah daging pada kebanyakan orang. Padahal sejak dari bangku Sekolah Dasar kita sudah diajari untuk mencintai dan menyayangi kesehatan lingkungan.

Alasannya cukup sederhana yakni lingkungan yang sehat akan berdampak pada kehidupan yang sehat. Pelajaran sederhana tersebut pada kenyataannya lebih banyak terabikan dari pada terlaksanakan.

Oleh karenanya, jika terjadi bencana atau kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah yang tercemari bahan-bahan kimia atau penumpukan sampah yang berlebihan tidak perlu menyalahkan siapa-siapa seperti contoh dalam peristiwa Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah yang berlokasi di Cimahi, Jawa Barat pada tanggal 21 Februari 2005. 

Dalam tragedi ini, sebanyak 147 orang menjadi korban jiwa dan menghapus 2 desa dari peta. Kejadian ini secara tidak langsung merupakan peringatan dari Mother Earth agar tetap memperhatikan kehidupan mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline