Lihat ke Halaman Asli

Teori Perkembangan Psikososial menurut Erick Erikson

Diperbarui: 21 November 2024   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

**Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson**

Teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson adalah salah satu pendekatan yang paling berpengaruh dalam memahami perkembangan manusia sepanjang hidup. Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia tidak berhenti pada masa kanak-kanak atau remaja, melainkan berlanjut sepanjang hidup, dengan tantangan dan krisis psikososial yang harus dihadapi pada setiap tahap kehidupan. Teori ini mencakup delapan tahap perkembangan yang dimulai dari masa bayi hingga usia lanjut. Setiap tahap dihadapkan pada konflik psikososial utama yang harus diselesaikan dengan cara yang sehat, yang berkontribusi pada perkembangan kepribadian dan kesejahteraan mental.

### **Dasar Pemikiran Teori Erikson**

Erikson mengembangkan teorinya dengan menggabungkan ide-ide dari teori psikoanalisis Sigmund Freud, namun dengan penekanan yang lebih besar pada faktor sosial dan budaya. Jika Freud lebih menekankan pada pengaruh insting dan faktor biologis dalam perkembangan, Erikson berfokus pada pengaruh interaksi sosial, budaya, dan lingkungan dalam membentuk kepribadian manusia. Menurut Erikson, setiap tahap perkembangan berhubungan dengan tantangan sosial yang besar, dan kemampuan individu untuk menyelesaikan tantangan tersebut akan mempengaruhi perkembangan mereka di masa depan.

### **Delapan Tahap Perkembangan Psikososial**

Erikson membagi kehidupan manusia menjadi delapan tahap yang masing-masing membawa tantangan utama yang harus dihadapi individu. Setiap tahap memiliki dua kutub konflik yang berlawanan. Keberhasilan dalam mengatasi konflik ini akan mengarah pada kualitas psikologis yang positif, sementara kegagalan dalam menghadapinya dapat menyebabkan masalah atau hambatan dalam perkembangan selanjutnya.

#### **1. Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (Infancy, 0-18 bulan)**

Pada tahap pertama ini, bayi bergantung sepenuhnya pada pengasuhan orang tua atau pengasuh mereka. Krisis utama yang dihadapi adalah antara kepercayaan dan ketidakpercayaan. Jika bayi menerima perawatan yang konsisten, penuh perhatian, dan responsif, mereka akan mengembangkan rasa kepercayaan terhadap dunia dan orang lain. Sebaliknya, jika mereka merasa kebutuhan mereka tidak dipenuhi atau tidak ada konsistensi dalam perawatan yang mereka terima, bayi dapat mengembangkan ketidakpercayaan terhadap orang lain dan lingkungan mereka. Kepercayaan yang berkembang di tahap ini akan menjadi dasar bagi hubungan interpersonal yang sehat di masa depan.

#### **2. Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (Toddler, 18 bulan - 3 tahun)**

Pada usia ini, anak-anak mulai belajar mandiri, seperti berjalan, berbicara, dan melakukan kegiatan sehari-hari mereka sendiri. Konflik utama di tahap ini adalah antara otonomi dan rasa malu atau keraguan. Jika anak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan belajar melakukan hal-hal sendiri dengan dukungan positif, mereka akan mengembangkan rasa percaya diri dan otonomi. Namun, jika mereka terlalu dikontrol atau dihukum saat mencoba melakukan hal-hal secara mandiri, mereka dapat merasa malu atau meragukan kemampuan mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline