Aku ingin melukis wajahmu
dengan bulir-bulir air hujan
tapi kutakut ia akan berhenti menderas
Aku ingin melukis wajahmu
dengan tarian ombak yang bergemuruh
tapi kutakut air laut akan surut dan
tak bisa lagi mengalun menepis pantai
Aku ingin melukis wajahmu
dengan sekuntum bunga kamboja
tapi kutakut kelopak dan makhotanya layu
Aku ingin melukis wajahmu
dengan rimbun dedaunan
tapi kutakut kemarau segera melarasi
segenap daunnya
Aku ingin melukis wajahmu
dengan bulir-bulir embun
tapi kutakut ia segera menguap
menjadi gugusan udara
Kuputuskan,
aku ingin melukis wajahmu
dengan puisi...
Dengan puisi,
tekstur wajah lembut ayumu
membayang utuh
setiap kali aku mengeja bait demi bait
Dengan puisi,
akan kukabarkan pula
kepada anak cucu kita
bahwa akulah pelukis yang tergila-gila mengagumimu
Ya, hanya dengan puisi
keindahanmu kekal abadi...
Makassar | 9 Desember 2019
Satu tahun bersama Kompasiana