Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Puisi | Ketika Matahari Siang

Diperbarui: 18 Oktober 2019   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Pixabay.com

Ketika matahari siang
tak henti menahan jatuhnya
bulir-bulir air hujan
lalu memburaikan hawa keresahan
menitipkan pesan gundah
akan puing-puing mimpi
yang berantakan di beranda rasa
maka cukuplah dewi malam
menemani barisan gundah

Kita butuh matahari siang
tapi sesekali,
matahari siang tak sanggup
memadamkan percik-percik luka
dan malam selalu menjadi pelipur
menawarkan pendar cahaya harapan
agar tak sia-sia
melewati pertukaran hari

Makassar | 18 Oktober 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline