Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Puisi | Kritik dan Curhat Batu

Diperbarui: 5 Juli 2019   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pxhere.com

sore tadi ketika langit berwarna tembaga, aku bertemu dengan banyak batu. entah mengapa tiba-tiba mereka bisa berbicara layaknya manusia. mereka memohon agar kritik dan curahan hatinya didengarkan. karena penasaran, kupenuhi pintanya

satu persatu perwakilan batu maju ke kupingku dan berbisik lirih: "pagi hari, manusia terlalu sering buru-buru mengejar matahari. kami yang berdiri di luar aspal selalu jadi tumbal, jatuh ke selokan, karena terlindas kendaraan kalian" ujar batu mungil tepi aspal

"manusia terlalu tamak menyusun batu. seolah menantang langit" singkat batu merah. "manusia mengundang malapetaka bagi sesamanya, karena setiap hari mengikis perut besarku" tegas batu gunung

sebelum para utusan batu pamit dari hadapanku, mereka berbaris rapi, kemudian kompak berteriak: "kecerdasan manusia memang luar biasa. manusia memiliki alat, tuk menunjukkan kekuatan. tapi bagaimanapun, kami lebih kuat dan kalian adalah makhluk yang rapuh dan serakah"

(catatan langit, 5 juli 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline