Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Tentang Mulut yang Mengaku Cinta

Diperbarui: 18 Juni 2019   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

mulut-mulut makin cerewet memberi pengakuan. di sana-sini sebarkan kata cinta. layaknya barang diobral. jiwa-jiwa sepi lama merindu dan meringkuk di goa derita, girang hati tiada terkira saat mendengarnya. serasa bagai hujan, lama dinanti

"itu bagus kan. sebab ini negeri dirusak oleh mereka, yang di dadanya tak ada cinta bersemi" ujarku kepada kawanku yang pakar kritik. tapi ia tetap saja tak puas. ia terus mengarungi malam. di tangannya secarik kertas berisi daftar nama-nama yang baginya, mulutnya selalu berdusta

"ya, sudahlah kawan. tak usah pusingi mulut mereka. niatnya mulia. biarlah waktu menghukumi. mulut siapa yang berkata dari jiwa sadar ke mulut mengalir keperbuatan. mulut siapa yang berkata dari ambisi hitam ke mulut, buntu diperbuatan," kataku kepada kawanku sebelum beranjak pergi

(catatan langit, 18 juni 2019)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline