Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Puisi | Terkapar Mengejar Syairmu

Diperbarui: 11 Juni 2019   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: littlemikhael.wordpress.com

otakku memang tak cemerlang. tak pandai menangkap makna tersembuyi di balik kata. kosakataku pun masih payah, aku juga bukan alumni jurusan sastra. tapi mengeja syair cintamu, membuat rasaku bagai terkapar

untaian baitmu kerap membuatku tersentak. Imaji  dan lamunanku seketika terbang melayang-layang. kubayangkan diriku mendarat di suatu tempat, di mana aku sedang terbaring di padang rumput, di kelilingi bunga dan burung-burung berkicau syahdu bersahutan. ahai, sungguh apa yang kurasa setelah mengeja gubahan syairmu, sulit kudeskripsikan melalui kata

entahlah, di samudra aksara mana kau reguk diksi, di kampus mana kau menimba ilmu menyirat tali pikiran, dan sudah berapa banyak karya sastra kau lahap, akupun tak tahu. yang pasti decak kagum bertubi-tubi menyeruak dari ruang rasaku setelah mengecap setiap karyamu. sekiranya bisa kulayangkan pinta, tolong jangan biarkan jemarimu berhenti memahat bait. agar rasaku selalu terkapar

(catatan langit, 11 juni 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline