Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Puisi | Nak Fatimah

Diperbarui: 29 April 2019   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nak Fatimah, kugurat beberapa penggal bait untukmu ketika senja baru saja melipat wajahnya dan malam mulai membuka gerbang hitamnya.

Kupahat bait ini di kanvas waktu ketika usiamu masih seratus tiga belas hari di dunia fana ini yang kian keriput.

Kelak jika ayah sudah tiada, sudah melebur dengan tanah, dimakan cacing, hingga tinggal tulang sulbi, ayah tak butuh apa-apa darimu.

Ayah tak butuh baju mewahmu, tak butuh kendaraanmu, tak butuh kekayaanmu, kecuali hanya kucuran doamu, untukku.

Mintalah ampunan kepadaNya untukku, karena ayah bukanlah ciptaannya yang maksum.

Pun hanya di dalam keheningan doa saja, ayah bisa bertemu denganmu; mengingatkan kebersamaan yang pernah kita rajut.

Satu hal lagi, nanti, buatlah ayah tenang di alam sana, janganlah karena urusan duniamu, ayah disiksa.

(Catatan langit, 28/04/2019)
Special thanks for Kompasiana, di laman ini ku abadikan perjalanan batinku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline