Matamu memuja sinar lembut lembayung senja. Mataku memuja sinar panas matahari. Matamu memotret keindahan, sedang mataku memotret kezaliman.
Matamu menemukan surga dunia. Mataku menemukan neraka dunia. Matamu menghindari serakan sampah, sedang mataku menikmatinya setiap hari.
Ah...jangan pura-pura tidak melihat kawan. Jangan pula berapologi. Nanti Tuhan murka kepadamu karena menyembunyikan fakta ketertindasan.
Jangan berpura-pura buta kawan, di sini sangat terang-benderang, masih banyak orang susah bertebaran di bawah kolong langit Nusantara.
(Catatan langit, Makassar 2019)