Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Puisi | Matamu dan Mataku Sungguh Berbeda

Diperbarui: 25 April 2019   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixabay.com

Matamu memuja sinar lembut lembayung senja. Mataku memuja sinar panas matahari. Matamu memotret keindahan, sedang mataku memotret kezaliman.

Matamu menemukan surga dunia. Mataku menemukan neraka dunia. Matamu menghindari serakan sampah, sedang mataku menikmatinya setiap hari.

Ah...jangan pura-pura tidak melihat kawan. Jangan pula berapologi. Nanti Tuhan murka kepadamu karena menyembunyikan fakta ketertindasan.

Jangan berpura-pura buta kawan, di sini sangat terang-benderang, masih banyak orang susah bertebaran di bawah kolong langit Nusantara.

(Catatan langit, Makassar 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline