Daeng Jarre seorang pemuda kampung, juga dikenal sebagai kaum terdidik. Pernah mencicipi dunia pergerakan mahasiswa. Ketika itu, di bawah terik panas matahari, suaranya menggema hingga mampu menggetarkan dinding gedung wakil rakyat.
Bersenjatakan kata dan megaphone, Daeng Jarre seperti memberontak dengan teriakan-teriakan protesnya. Sontak wajah murka wakil rakyat pun menyambut yang saat itu dibentengi aparat keamanan berjejer rapi.
Daeng Jarre meminta keberpihakan, tentang kezaliman sejumlah pejabat kampung; melahap raskin, pengurusan tanda tangan yang sulit, dan kenaikan tarif air ledeng. Emosi wakil rakyat pun mulai reda dan dialog digelar.
Akhirnya Daeng Jarre pulang menggenggam janji penuntasan. Hingga waktu terus berputar, hari demi hari, minggu ke bulan. Wakil rakyat pun tak pernah datang. Kezaliman pun abadi.
(Catatan langit)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H