Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Puisi | Mungkinkah Terwujud, Demokrasi Tanpa Kebohongan?

Diperbarui: 18 April 2019   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di pagi yang bising ini, ketika mentari hendak berlari tinggalkan embun dan halimun, Daeng Nakku mendatangiku, lalu bertanya: "Mungkinkah terwujud alam demokrasi tanpa kebohongan?".

Kutegakkan kepalaku di atas sofa: "Daeng Nakku ingin aku jujur? Daeng Nakku ingin aku katakan yang sebenarnya?" tegasku ke dia. "Ya iyalah" katanya. "Baiklah, akan kupaparkan" ujarku.

Ehm....itu mungkin terwujud, tapi sulit. Anda tahu kan, demokrasi sejak pertama kali mekar di Yunani ; demokrasi tua, sudah dipenuhi dengan kebohongan. Filsuf Yunani menyebut pelakunya sebagai demagog; ahli membohongi rakyat melalui pidato.

Sekarang pun, di negeri ini, kebohongan itu bisa bersemi karena derasnya hasrat kuasa yang sulit dibendung...Bisa saja terwujud, jika dalam perhelatan politik, setiap yang berjanji dibuatkan kaidah khusus, bahwa para penebarnya akan mendekam di jeruji besi jika khianati janji.

Memang sih sudah ada kaidah khusus yang siap menjerat pelakunya, tapi itu masih terlalu umum...setelah kuterangkan, akhirnya, Daeng Nakku pun berlalu dari mataku, tanpa pamit, kopi hangat dan ubi goreng ditinggal pergi. Kutahu ia tak sependapat denganku.

(Catatan langit, 18 April 2019)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline