Lihat ke Halaman Asli

Arman Syarif

Pencinta kopi dan sunyi

Berak di Bawah Matahari Negeri

Diperbarui: 5 April 2019   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari semakin berlari tinggalkan kehangatan pagi. Juga telah meninggalkan halimun dan embun.

Anak-anak negeri yang terlupa semalam menari di kegelapan dengan perut kekenyangan, kini telah terbangun. Dan kembali memulai aksi jahatnya.

Tak pernah malu, pun tak pernah tebersit niat mulia untuk berhenti membuat sesama menderita dengan menyemburkan kata-kata kotor.

Memenuhi ruang negeri dengan laku yang busuk; korupsi, konspirasi, eksploitasi alam untuk kepentingan perut sendiri.

Dan jika mulai terusik kepentingan dangkalnya, ia pun tebar-tebar fitnah dan menghasut anak negeri.

Semua itu membikin udara yang kita hirup tak lagi sejuk, ditambah sinar murka matahari panas menyengat.

Hentikan mereka atau bau busuk akan terus memenuhi jantung negeri dan membikin anak-anak bangsa yang sadar muntah setiap hari.

(Catatan langit, 5/4/19)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline